Kamis, 31 Maret 2011

Kriteria dasar memilih anggota departemen kastrat :)

Gerakan kastrat sebagian besar dimotori oleh intelektual muda. 

“Jika aku mengalami masalah yang rumit, maka aku akan menyerah­kannya pada pemuda” (Khalifah Umar r.a).

berikan saya sepuluh pemuda...!!! Maka akan saya guncang dunia...!!!” (Soekarno)

Pernyataan diatas adalah bukti bahwa pemuda memiliki integritas tinggi sebagai problem solver dan pelukis peradaban. Pemuda pemuda inilah yang akan menjadi punggawa punggawa organisasi dan menentukan keberhasilan organisasi kedepannya. Dalam departemen kastratpun kekuatan staffing para intelektual muda sangat mempengaruhi keoptimalan fungsi kastrat. Pada dasarnya orang-orang yang berada di kastrat dituntut untuk lebih aktif dalam berdiskusi, kritis dalam mengkaji, memberikan solusi, melakukan aksi, peka terhadap keadaan sekitar, berkomitmen tinggi, dan memahami upaya rekayasa sosial.

Beberapa tips untuk memilih intelektual muda yang akan di daulat sebagai kastraters sebagai berikut:

1.       Berkomitmen
Setiap roda organisasi memiliki tantangan masing masing sesuai zamannya. Akan tetapi permasalahan sumber daya manusia adalah masalah yg tidak mengenal zaman, kerapkali menggerogoti organisasi tanpa memberikan manifestasi klinis berarti. Yang akhirnya, mengubur perlahan visi pergerakan mahasiswa menjadi visi pelaksanaan program kerja. Setiap manusia mempunyai ambang jenuh, termasuk para aktivis. Aktivis yang multiamanah memiliki stresor yang jarang disadari, yakni amanah-amanah itu sendiri. Hanya ada 2 pilihan menghadapinya, fight or fly. Sangat lega apabila kita memenangkan pertarungan / lari ke jalan yang lebih baik, dan sangat buruk apabila sebaliknya. Hal seperti inilah yang perlahan akan mengganggu stabilitas organisasi, karena orang-orang seperti diatas adalah orang yang hidup dalam kerentanan untuk stres, akademik menurun, mental dan fisik menurun kualitasnya, dan akhirnya memilih untuk hilang timbul serta hanya ikut organisasi untuk menunaikan proker belaka, padahal mereka memiliki posisi penting dalam organisasi yang bersangkutan. Sehingga, perlu dibangun suasana “fokus” dalam organisasi. Karena bisa saja dia memiliki banyak keanggotaan, tapi berkomitmen untuk fokus terhadap beberapa organisasi saja. Dengan harapan pergerakan yang diharapkan benar terjadi-tidak sekedar menjalankan proker.

2.       Peka terhadap sekitar
Salah satu kebutuhan mahasiswa kedokteran adalah mengasah “sense of crisis”, ” environmental awareness” sebagai salah satu kualitas dokter di masa depan. Telah diungkapkan sebelumnya bahwa kastrat difokuskan untuk menganalisis isu yang erat kaitannya dengan kepentingan rakyat. Bagaimana mungkin sebuah tindakan kastrat dilakukan bila penggerak tidak memahami bagaimana penderitaan rakyat ataupun kepentingan kebijakan kesehatan bagi masyarakat. Sebagian besar momentum pergerakan mahasiswa terlahir dari ketimpangan cita cita dan realita yang tercermin dari penderitaan secara nyata. Yang akhirnya bersatu secara konvergen menjadi sebuah motivasi untuk merubah sebuah gerak menjadi pergerakan. Sehingga tidak mungkin orang yang tidak peka terhadap sekitar memiliki “sense” yang kuat untuk bergerak.

3.       Memiliki minat dalam menganalisis
Aktivitas analisis sangat diperlukan dalam gerakan kastrat. Banyak hal yang harus dianalisis. Analisis pertama dimulai dari permasalahan (isu) yang ada. Setelah menganalisis situasi kondisi, kemungkinan yang akan terjadi, analisis yang lebih tinggi menuntut sebuah solusi. Solusi inipun harus dianalisis lebih lanjut dalam hal penerapannya, keuntungan dan kerugian, dan sejauh mana dapat menyelesaikan masalah yang ada. Kesemua hal tersebut harus dilakukan secara simultan dan meluas. hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak harus menunggu bergerak sampai momentum itu muncul. Sebagai kaum muda, mahasiswa harus tetap dinamis dalam situasi seperti apa pun. Mahasiswa juga harus kreatif menganalisis untuk mencari pola-pola baru gerakan. Bahkan, jika perlu, mahasiswa harus mampu menciptakan momentum, bukannya menunggu momentum, untuk bergerak. Karena, gerakan mahasiswa tidak melulu harus dipahami sebagai gerakan mahasiswa dalam jumlah yang besar. Rentetan kegiatan diatas merupakan sebuah alur yang rumit dan harus dimulai dengan “minat” dalam menganalisis sesuatu. Dan merekam analisisnya menjadi sebuah kajian. Karena, bukan kastrat namanya kalau tidak pernah menciptakan kajian.

4.        “Pemikir” vs “Pekerja”
Pada dasarnya manusia memiliki kedua hal di atas, manusia sebagai pemikir atau pekerja. 2 hal yang berbeda tetapi bertautan sangat erat, karena pemikiran yang cemerlang tidak akan pernah berguna bila tidak dilakukan secara nyata. Permasalahannya adalah kita kerapkali menjadikan salah satu dari “pemikir” dan “pekerja” lebih dominan, sehingga menguasai kepribadian kita yang tidak begitu tampak. Kastrat sangat terkenal dengan pemikiran pemikiran kritisnya. Akan tetapi, pikiran kritis bukanlah segala-galanya dalam pemilihan “kastraters”. karena dalam kastrat terdapat berbagai macam program kerja dengan berbagai macam kebutuhan. Kebutuhan tersebut akan terpenuhi dengan baik apabila eksistensi peran “pemikir” dan “pekerja” maksimal dalam optimlisasi fungsi kastrat. Kastrat bukanlah kumpulan orang dengan satu tipe saja (bukan kumpulan orang-orang kritis saja), biarkanlah kastrat memiliki beberapa tipe orang yang nantinya lebih bertujuan mendukung bergeraknya sistem ketimbang substansi yang sangat baik, tapi hanya di tatanan teori saja. Kastrat harus memiliki pisau analisis yang tajam untuk menyayat isu dari superfisial hingga profunda, memiliki asahan yang siap menajamkan pisau ketika tumpul, air yang selalu menerangi penglihatan ketika sayatan penuh darah, benang yang akan menutup sayatan, dan obat yang tetap diberikan setelah pembedahan dilakukan. Semua hal itu hanya dapat dilakukan apabila para “pemikir” dan “pekerja” bekerjasama secara produktif.

 (Ketua Senat Mahasiswa FK Unsri- berbeda hampir 30 tahun-1970an dan 2010)

Selasa, 29 Maret 2011

1,5 jam lalu bertemu sarjana yang berprofesi tukang tambal ban!!!

sudah hampir 2 minggu ban motor saya yang pecah tidak ditambal. akhirnya hari ini saya tambal juga. yah. . . memerlukan cukup perjuangan dalam menambalnya. saya harus pompa ban dulu. ternyata anginnya tidak masuk. saya coba sekali lagi. barulah bannya terisi angin. (lumayan pikirku untuk ertahan beberapa menit hingga sampai ditempat tambal ban. hehehe...)

sesampainya disana. bedah terbuka dengan peralatan operator tambal ban pun dilakukan. sembari menambal, saya mencoba mengajak berbincang bincang abang tambal bannya. kurang lebih begini dialog yang mencengangkan diriku(langsung intinya aja). hehe

F   : bang tinggal dimana memang??
TB: pakjo
F   : jauh amat bang
TB: dulu tinggal dekat sinilah dek, tapi skrg susah nyari kosan yang murah. makonyo pindah ksana.
F   : oh... berapo anak bang?
TB: Dengan yang kini 2.
F   : berapo umur yang paling besar?
TB: yang ini adolah 5 tahun. tapi kalo yang dilampung udah mau masuk SD.
F   : wah.. sama siapa bang di lampung?
TB: sama istri. (waw kata saya dalam hati,,ama istri?? tahan amat pisah ama istri. agak ragu mau nanya lagi, tapi penasaran)
F   : lah.. jadi abg disini dgn anak abg. istri sama anak yang satu lagi di lampung??
TB: idak, disini ado istri jugo. yg dilampung udah cerai.
F   : oh...(agak ragu mau nanya lagi, eh malah abgnya yg cerita)
TB: iyo... istri yang itu udah cerai. udah itu dapat istri yang kedua orang manado.
F   : oh.. cerai ngapo bang?
TB: biasolah, ada masalah.*masalahnya ga bisa saya sampaikan disini kawan2-yg pasti bukan dari mereka berdua :)
F   :oh.. jadi yang istri sekarang ni orang manado?
TB: bukan. itu yang keduo..(jreng...aku bingung, karna ane pikir istri pertama di lampung-istri kedua dipalembang). akhirnya dia menjelaskan termasuk asal daerah istrinya-tapi ane ga gitu paham.
F   : oh... jadi istri yg disini yang ketiga?
TB: bukan. (naaaahhh... )
F   : (dengan agak penasaran akan jumlah istri abg TB ini) yg keberapo jadi bang????
TB: yang ke-4. yg ketigo tadi yang dilampung itu nah... (ohhh... i see i see. dengan tatapan takjub)

akhirnya dia bercerita kenapa cerai terus. berapa jumlah anaknya sekarang. dll. hingga percakapan kami beralih ke pekerjaan. hingga kepulangan sayapun saya tunda. tiba2 abang itu bilang daripada jadi XXX 3 bulan sekali baru dapat job enak cak ini. (langsung menganalisis kemungkinan yang ada). penasaran mengalahkan ketidaksopanan, dan saya bertanya lagi.

F   : hahaha... iya bang. emang dulu kuliah bang??
TB: kuliah...
F   : ampe tamat bang???
TB: iya..
F   : ngambil apa bang? S.XXX??
TB: iya...
F   : oh... jadi abg ni S.XXX ya??
TB: (seakan tahu maksud pertanyaanku), iya.. tapi ga jadi XXX. soalnya kadang 3 bulan baru dapat job. yah... akhirnya kerja gini karna mikirin anak istri.
F   : oh.. iyalah bang, begini juga kalo dibandingin dengan abg bilang bulan dapat job mungkin lebih mending. (saya masih heran,, tapi coba mendukung langkah yang diambil abg TB ini)
TB: hahaha.. iyalah.

sebelum saya pamit pulang. kami berbincang sedikit dimana dia mengambil gelarnya. dia pernah juga melepaskan kesempatan kuliah di Unsyah karena berbagai faktor. dll.

(sungguh menarik pengalaman hari ini. hehehe...seseorang yang sempat mengagetkanku dengan cerita istrinya yang berjumlah 4. lalu mengagetkanku dengan gelar sarjananya-dan pekerjaannya sekarang. akhirnya mengagetkanku lagi dengan perkataannya "akhirnya kerja gini karna mikirin anak istri")

saya tidak akan banyak berspekulasi tentang gelar yang diambil apakah mendatangkan banyak uang, atau juga mengenai jumlah istri. tapi saya hanya tertarik akan kenyataan yang akan kita hadapi. bahwa kelak kita akan mempunyai istri, lalu mempunyai anak, dan semuanya memerlukan biaya. apalagi di zaman sekarang ini. saya sangat salut abang TB (tambal bal) ini merelakan gelar sarjananya berganti menjadi seorang yang bekerja menambal ban dll, dalam bentuk usaha yang sangat sangat sederhana demi menghidupi anak istrinya. :)

sebuah cinta sangat dibutuhkan dalam sebuah perjuangan. perjuangan apapun itu. :)

Senin, 28 Maret 2011

Kenapa Kastrat Harus Ada?


kastrat itu ibarat angin segar yg menggugurkan daun daun tua, bukan karna membencinya, tapi karena itulah saatnya gugur...demi mengusung momentum daun muda untuk tumbuh...agar tujuan yg lebih penting, mempertahankan kehidupan si pohon, dapat terlaksana
- Franz Sinatra Yoga

Konon sejak jaman dahulu peran dan fungsi kas­trat sudah dilakukan manusia.

Kita sering dengar bahwa pemerintahan atau raja yang berkuasa dengan cara yang tidak adil serta tidak mengutamakan kepentingan rakyat akan mendapat kritik dan penentangan dari masyara­kat yang biasanya dis­alurkan lewat berbagai organisasi. Salah satu yang masih hangat dalam ingatan kita adalah usaha menurunkan Mubarak dari kekuasaannya, tanpa dis­adari semua orang yang terlibat dalam usaha dan pemikiran berupa sikap peka dan peduli yang diwujudkan dalam sebuah bentuk kritik, penentangan serta usaha-usaha lain yang dapat mengubah sebuah harapan un­tuk lebih baik itu menjadi nyata, semua itu adalah sebuah tindakan kastrat.

Sejarah juga membuktikan bahwa peran kastrat­lah yang natinya cukup memberikan kontribusi yang besar terhadap sebuah perubahan atau revolusi sebuah Negara. Hal itu salah satunya bentuk tindakan kastrat. Sejarah di Indonesiapun tidak lepas dari peran dan fungsi kastrat, masih ingatkah kita tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam menumpas gerakan PKI, dan gerakan pasca penumpasan itu, setelah gerakan PKI berhasil ditumpas, Presiden Soekarno belum bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan ketidaksabaran di kalangan mahasiswa dan masyarakat.

Pada tanggal 26 Oktober 1965 berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan barisan dalam Front Pancasila. Dalam kondisi ekonomi yang parah, para demonstran menyu­arakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada tanggal 10 Januari 1966 para demonstran mendatangi DPR-GR dan mengajukan Tritura yang isinya:
1. pembubaran PKI,
2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan
3. penurunan harga.
Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno menyerukan pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal 23 Februari 1966 kembali terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut, gugur seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para demonstran Arif dijadikan Pahlawan Ampera. Singkat cerita karena kondisi Negara yang tidak stabil saat itu akhirnya lahirlah Mandat yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).

Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tong­gak lahirnya Orde Baru. Supersemar pada intinya berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan. Selain itu untuk menjamin kes­elamatan presiden. Sejak saat itu sosok soeharto lahir sebagai pahlawan hingga akhirnya beliau melakukan berbagai perbaikan serta pembangu­nan bagi bangsa Indonesia.

Walaupun akhirnya orde baru juga melakukan penyimpangan dan hegemoni produk produk jepang yang mengancam kemandirian ekonomi indonesia, sehingga mendorong mahasiswa untuk bergerak kembali. Pada malam pergantian tahun 1973 menuju 1974 dibacakanlah sebuah “Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa”19 yang disampaikan Hariman (ketua Dewan Mahasiswa UI kala itu). Pidato yang disampaikan Hariman ini kelak dituding sebagai seruan untuk melakukan gerakan makar terhadap pemerintah. Apalagi, bagian akhir pidato ditujukan juga kepada masyarakat lain di luar mahasiswa. Kebetulan pula pada malam itu hadir tokoh serikat buruh dari Tanjung Priok, Salim Kadar, dan beberapa aktivis non-kampus lainnya. Peristiwa puncak kerusuhann dan demonstrasi mahasiswa terjadi pada tanggal 15 januari 1974 yang dikenal sebagai peristiwa MALARI. Yang mengakibatkan ditangkapnya ratusan mahasiswa dan beberapa intelektual. Diantara mahasiswa yang diadili adalah Hariman siregar.

Pemerintahan soeharto banyak menuai protes. Pemicu utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seir­ing dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin meraja­lela, sementara kemiskinan rakyat terus menin­gkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh maha­siswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demon­strasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peris­tiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat maha­siswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan.

Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mu­lya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahla­wan Reformasi”. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerah­kan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habi­bie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekua­saan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Semua tindakan dan perjuangan itu juga meru­pakan bentuk dari tindakan kastrat.

Catatan sejarah diatas cukup menggambarkan bahwa betapa pentingnya peran dan fungsi kastrat dalam sebuah Negara. Selain itu, peristiwa diatas merupakan contoh gerakan kastrat yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran dan memiliki andil yang sangat besar dalam perubahan bangsa ini. Karena itu, jangan ciptakan penyesalan para pendahulu kita dengan mengisi masa yang kita hadapi ini dengan keegoisan dan tanpa memikirkan kepentingan rakyat indonesia terkhusus di bidang kesehatan. Suka atau tidak, kastrat selalu ada dalam setiap drama kehidupan kita sebagai mahasiswa. Mahasiswa kedokteran haruslah menjadi seseorang yang peduli dan berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan yang diderita rakyat indonesia. Departemen kastrat ada untuk hal itu.

 (Pensi pertama PDU08, dan ini tahun terakhir ikut pensi. semoga jadi yg terbaik ^^, aamiin)

Antara “Departemen kastrat” dan “Fungsi Kastrat”.

Kastrat? apa itu kajian strategis? Sebuah kata yang mungkin baru kita dengar ketika kuliah dan cukup rumit mendefinisikannya secara harfiah. Penulis meretas jejak yang juga kastrat ISMKI 2009 sempat menanyakan kepada beberapa mahasiswa dari institusi yang berbeda dan jawabanya cukup beragam, mahasiswa pertama menjawab kastrat itu keren karena bisa menyu­arakan aspirasi mahasiswa maupun rakyat secara massal, mahasiswa kedua menjawab kastrat itu terkenal dengan ahli diskusi, negosiasi dan aksi, mahasiswa ketiga menjawab kastrat itu tempat­nya membahas hal-hal besar tapi terkadang hasil yang di implementasikan tak sebesar dengan apa yang dibahasnya, sementara mahasiswa lainya menjawab tidak tahu menahu tentang kastrat. Gambaran dan pemikiran rekan-rekan mahasiswa kita diatas cukup menggambarkan tentang apa dan sejauhmana pengetahuan mahasiswa ten­tang kastrat. 

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mari kita coba definisikan kajian strategis. Menurut kamus besar bahasa indonesia, kajian merupakan hasil mengkaji; mengkaji memiliki arti sebagai kegiatan belajar; mempelajari; memeriksa; menyelidiki; memikirkan (mempertimbangkan dsb); menguji; menelaah: ~ baik buruk suatu perkara. Strategis berarti berhubungan, bertalian, berdasar strategi; atau baik letaknya. strategi sendiri adalah rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Sehingga bila kedua kata ini diartikan secara satu kesatuan yang kerap kita sebut kastrat, maka definisinya adalah “suatu aktivitas menelaah-menganalisis suatu hal dan menjadikannya sebagai landasan untuk merencanakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”. Kata kata yang dibuat lebih tebal merupakan inti dari kajian strategis.

Menelaah-menganalisis, dalam hal ini yang kita analisis adalah isu. Kita bedah sebuah isu dengan pisau analisis untuk meneliti lebih dalam bagaimana kondisi isu tersebut, melihat permasalahan yang telah, sedang, dan akan ditimbulkan serta menganalisis berbagai celah yang berpotensi dalam membantu memberikan solusi. Rencana, merupakan sebuah pemikiran yang lebih rumit dari sekedar menganalisis. Di tatanan ini rencana merupakan sebuah usaha solutif untuk memperbaiki keadaan yang ada dan dilakukan secara nyata dalam bentuk sebuah kegiatan. Salah satunya ccontoh kegiatan adalah aksi advokasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Hingga hasil akhir dari proses ini adalah sebuah pencapaian sesuai target/sasaran khusus dan telah ditentukan dalam tahap perencanaan.

Penjelasan di atas merupakan penjelasan umum dari fungsi kastrat itu sendiri. Sehingga fungsi kastrat bukan berarti hanya dimiliki bidang kastrat. Seyogyanya, semua bidang di dalam organisasi memiliki fungsi ini. Sedangkan departemen kastrat sendiri adalah suatu bidang yang memiliki fungsi seperti tersebut diatas dan yang membedakannya adalah isu yang akan ditelaah. Isu  yang dibahas kastrat lebih difokuskan kepada isu-isu kesehatan yang erat implikasinya kepada kepentingan rakyat dan terwujudnya peningkatan kesehatan di Indonesia. Karena isu tentang kesejahteraan mahasiswa seharusnya sudah tercover  oleh departemen kesejahteraan mahasiswa. Untuk isu pendidikan, sudah seharusnya pendpro memiliki fungsi kastrat sendiri. Begitu pula departemen yang lain. Akan tetapi, permasalahan belum adanya departemen yang mempunyai fungsi seperti ini dan pemahaman mahasiswa tentang kastrat yang berbeda beda. Sehingga kerap dijumpai kastrat di institusi memiliki fungsi yang lebih mirip dengan deprtemen kesejahteraan mahasiswa. Perlu adanya pemahaman bersama akan “fungsi kastrat” yang harus dimiliki semua departemen dan “departemen kastrat”, agar kastrat bisa fokus mengkaji isu isu yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan peningkatan kesehatan.

 (bersama japanese ketika IFMSA-Japan menang tender sebagai host MM2011 IFMSA)

Sabtu, 26 Maret 2011

Jangan beranggapan anda adalah "Mahasiswa" tanpa memenuhi konsekuensinya!!

Mahasiswa, begitulah bangsa ini menyebutnya. Sebuah gelar keagungan bersemayam di dalamnya, “maha”. Kenapa bangsa ini menyebutnya “maha”??. 12 tahun sebelum mendapatkan gelar ini, kita hanya dipanggil siswa atau siswi. Disinilah yang harus kita cermati sebagai mahasiswa, sekrusial apakah yang membedakan siswa/i dengan mahasiswa. 

Dalam peraturan pemerintah no.30 tahun 1990 dijelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Mereka adalah orang-orang yang secara resmi menimba ilmu di universitas, institut, maupun sekolah tinggi.

Persamaan yang mendasar antara mahasiswa dan siswa adalah seorang yang menjadi peserta didik. Perbedaan yang paling mendasar dari mahasiswa dan siswa adalah aspek konsekuensi identitas dari kata “maha”. Setidaknya ada aspek konsekuensi yang harus dimiliki, karena kehidupan kampus merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Ada 3 aspek konsekuensi yang setidaknya harus dimiliki setiap pemegang gelar “maha”siswa:

  • Aspek akademis 
"Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dipelajari dalam rangka mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud, Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud.)
Aspek yang sama dan paling utama dimiliki mahasiswa ataupun siswa adalah sebagai pencari ilmu-belajar. Mahasiswa sebagai civitas akademika harus memiliki keunggulan intelektual. Terutama mahasiswa kedokteran, yang tindakannya harus berlandaskan “critical thinking and clinical reasoning”. bagaimana mungkin mahasiswa kedokteran yang tidak memiliki ilmu yang benar dapat menjadi perantara Allah SWT dalam menyembuhkan pasien. Sungguh tidak mungkin pasien sembuh karenanya!
  • Aspek organisasional 
Survey NACE USA mengenai kulitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja mengungkapkan bahwa Indeks Prestasi atau IP atau GPA berada dalam urutan ke-17. Urutan teratas adalah kemampuan berkomunikasi, disusul dengan kejujuran, kemampuan kerja sama, interpersonal, etos kerja, motivasi, adaptasi, dan seterusnya.
Tidak semua hal dapat dipelajari di kelas dan laboratorium. Pernah mendengar soft skill? Soft skill adalah kemampuan yang tidak terlihat, diluar dari kemampuan kognitif kita, lebih mengarah ke arah kepribadian, sikap, habitus, dll. 16 urutan teratas kriteria kualitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja termasuk dalam soft skill. Organisasi dengan segala kompleksisitas merupakan laboratorium gratis dalam di  usaha try and error, pengembangan diri dalam berbagai aspek, dan juga menjadi wadah yang tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kelas kuliah.
  • Aspek Sosial Politik
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri. Mahasiswa tidak boleh menjadi entitas teralienasi di tengah masyarakatnya sendiri. Mahasiswa di tuntut untuk melihat, mengetahui, menyadari, dan merasakan kondisi riil masyarakatnya yang hari ini sedang dirundung krisis multidimensional. Tidak berhenti sampai disana saja, mahasiswapun dituntut memberikan solusi yang aplikatif sehingga tidak menjadi sebuah aksi kognitif an sich. Salah satu wujudnya adalah advokasi, walaupun kerap bersinggungan dengan ketidakadilan dan otoriterianisme kekuasaan. Disinilah tantangan bagi jiwa yang berteriak dirinya “maha”siswa.

Kehidupan nyata setelah mahasiswapun jauh lebih keras dari ini. Diri anda saat ini adalah cerminan diri anda dikemudian hari. Seseorang belum layak disebut mahasiswa tanpa memenuhi konsekuensi-konsekuensi identitas mahasiswa dalam ketiga aspeknya. Begitulah beratnya menjadi mahasiswa. Karena kita adalah Iron Stock, cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Semua itu akan menjemput kita, beruntunglah bila kita mempersiapkannya-dan celakalah bila kita masih terlena dengan zona nyaman seorang siswa yang ikut terbawa hingga mahasiswa.

-franz-

(Baksos Pagaralam, mencoba memenuhi konsekuensi sosial dan organisasi)

alasan kenapa saya lebih memilih fokus di ISMKI.

ISMKI itu komplit!!!
kalau anda ingin keluar negeri, anda bisa share dgn Hublu...
kalo anda ingin belajar IT-bisa belajar dgn KIK,......
kalo mau belajar membangun relasi, bisa di humas....
Anda mau jadi pengamat dan penasehat strategi, silakan masuk litbang...
mau aplikasi ilmu kedokteran yg dimiliki-Pengabdian masyarakat jawabannya....
bisa upgrade ilmu dan rasakan atmosfer ilmiah di pendidikan profesi....
berpikiran kedepan untuk persiapan regenerasi organisasi, PSDM rajanya...
belajar bisnis bisa juga, di DANUS tentunya...
belajar sdkit politik dan advokasi, belajar jd diplomat, masuk KASTRAT ajaaaahh....
mau belajar intensif untuk jadi pemimpin, silakan nyalon sekjenter....
mau megang duiiittt dan manajemen keuangan, jd bendahara yaaa....
mau mendampingi pemimpin untuk masalah luar dalam-VPI dan VPE donk....
dan mau jadi pemimpin itu, bukanlah hal mudah, Sekjen!! silakan buktikan...

mungkin diatas hanya untuk memperkenalkan anda lebih dekat dengan ISMKI...
inilah wadah yang diharapkan mewakili keinginan mahasiswa kedokteran^^
tapi, ketika anda bergabung disini,, sudah bukan saatnya lagi anda egois
ingin belajar untuk diri sendiri saja...(bukan artinya tidak boleh, tp harus dibarengi)
sudah saatnya berkontribusi, apapun caranya, apapun yang anda bisa...

Yakinlah!!! kami, pengurus, selalu berusaha yang terbaik untuk
mahasiswa kedokteran...semoga kalian merasakannya...
kalaupun tidak, saya rasa belum, kirimkan do'a buat kami agar lebih baik...
ISMKI butuh cinta mahasiswa kedokteran indonesia....
karena ISMKI adalah ikatan, cinta yang menguatkannya....

regards,
kord.Kastratnas ISMKI
Franz Sinatra Yoga

 (mas fajar, bg adi, bg fauzi, dan saya*kenangan rakornas ketika saya menjabat presbem fk unsri+phn kastrat)

Jumat, 25 Maret 2011

Saya tidaklah lebih baik dari kalian-(sebuah catatan hidup*jangan pernah berpikir kita lebih baik dari orang lain*)

saya tidak lebih baik dari anda...
Jangan pernah menganggap diri kita paling baik...sebuah ekstrak dari pengalaman saya. dengan pelarut blog dan facebook, semoga bisa menjadi fraksi fraksi yang berguna dalam hidup saya dan orang lain.

March Meeting 2010  International Federation Medical Students' Assosiation, sebuah pengalaman berharga saya pernah mengikuti acara ini. Ada banyak kegiatan yang dilakukan, beberapa di antaranya mengikuti Leadership training dan SCOPH session..ada Icebreaking yang sama ketika saya mengikuti SCOPH dan Training.
Begini instruksinya:
  • Teman2 buat dua barisan dengan posisi saling berhadapan (sehingga semua orang mempunyai lawan bicara)
  • Pikirkan sesuatu, dan setelah trainer mengatakan “anything, everything, something” ucapkan, lalu kalian berdua (yg berhadapan) silakan memberikan argumen kepada satu sama lain mengapa “sesuatu” yang kalian sebutkan itu lebih penting. Oke lakukan
  • Kami melakukan itu, dan mengucapkan semua hal yang ada dipikiran dengan sangat cepat, agar apa yang kami sebutkan bisa dianggap lebih penting, dan terkadang omongan lawan bicara pun sedikit yang didengar.
  • Lalu, trainer mengatakan stop. Dan memerintahkan lakukan lagi hal seperti tadi, akan tetapi, setelah “anything, everything, something” ucapkan "sesuatu", lalu tanya kepada lawan bicara anda “why”, mengapa dia berpikir bahwa itu lebih penting.oke lakukan
  • Kamipun melakukannya, dan hasilnya, sungguh berbeda kawan.. argumentasi kita jauh lebih baik. menumbuhkan pengertian dan memaklumi pemikiran orang lain yang berbeda dari kita, dan merekapun lebih cepat menghargai sesuatu yang kita pikirkan lebih penting tanpa kita melakukan serangan balik terhadap argumennya.
  • Lalu trainer memberikan instruksi untuk berhenti dari icebreaking. Oke, ada yang mau mengambil hikmahnya??
Ada sebuah kisah lagi yang saya dapatkan jum’at sore ketika berkumpul bersama my bro (rahman, adin, viko) dan mas bro risdi. Sebuah cerita yang sangat menyentuh dan tentu membuat semua dari kami malu. 

Beliau memberikan sebuah semangat untuk introspeksi diri melalui sosok seorang sahabat nabi yang dijamin masuk surga, abu bakar r.a. abu bakar adalah orang yang sering menangis dan bertanya kepada nabi, ya rasul apakah saya termasuk di dalam golongan orang-orang yang munafik?? Saking khawatirnya beliau akan dirinya. Karena apa, beliau takut akan kualitas diri beliau, apakah masih termasuk dalam orang orang beriman atau sudah termasuk dalam golongan orang-orang munafik. 

Lalu lanjut mas bro risdi, masih banyak kekurangan yang kita lakukan. Mungkin, saat ini jika kita meminta surga yang paling jelek pun belum tentu kita mendapatkannya. 

Masya’Allah, ucap saya dalam hati..abu bakar saja tidak pernah berpikiran bahwa apa yang dirinya telah ucapkan, lakukan, semua yang ada dalam dirinya adalah yang terbaik, karena bila ia berpikir bahwa dirinya lebih baik ketimbang orang lain, ia tidak perlu mengalami ketakutan akan kualitas dirinya. Sekarang......Silakan kita tanya diri, apakah selama ini kita kerap berpikir bahwa kita lebih baik?? Dan menganggap lawan bicara kita selalu salah?? Alhamdulillah dalam pertemuan kemarin saya melihat teman2 yang tidak berpikir bahwa dirinya lebih baik, termasuk mas bro kami, yang berkata bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari semua yang hadir. Bisa khilaf dan lupa mengerjakan apa saja yang telah dia katakan.karena itu kita harus semangat introspeksi diri.

Dan dari icebreaking sebelumnya juga dapat kita ambil hikmah, bahwa pikiran orang berbeda beda.. dan semua bisa dimengerti apabila kita sedikit melapangkan hati dan menurunkan emosi untuk berkata “why”...lalu mendengarkan dan memposisikan diri melalui logika terbalik “andai saya di posisi dia”. Sehingga pikiran apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan, dan apa yang ada dari diri kita lebih baik ketimbang orang lain.

Saya sendiri pun masih belajar memanajemen hati dan emosi dan belajar banyak dari seorang guru, mr.MBA. yang selalu memberikan masukan bahwa tidak ada seseorang yang benar-benar jahat di dunia ini. Yang selalu mengingatkan perlunya menjaga perasaan seorang teman, menghargai perbedaan yang ada dan jangan mengeneralisasikan masalah untuk kepentingan/masalah pribadi, dan berusaha memikirkan-membantu orang lain  dalam keadaan apapun terlebih ketika kita dalam keadaan tidak mampu. Karena apabila kita dalam keadaan mampu sudah sewajarnya kita dapat membantu. Banyak cerita beliau yang membantu saya untuk lebih memahami orang lain, mengerti keadaan-alasan orang lain, dan berusaha menjaga perasaan orang lain. Ya.. saya masih belajar dengan umur setua ini. Tapi menurut saya jauh lebih baik ketimbang tidak sama sekali.

saya meminta maaf atas semua kesalahan yang saya lakukan. karena ada 2 hakikat kesalahan, disengaja dan tidak disengaja. saya mohon maaf atas keduanya. sungguh, janganlah rendah karena perkataan manusia, saya, ataupun oranglain. karena Allahlah yang mengetahui keadaan dan kebenarannya. semoga saya bisa menjadi lebih baik kedepannya. aamiin
(besama syaukat gonzales, di pagar alam, gayanay kaya lg bermuhasabah*hahaha)

ketika yang aktif organisasi yang itu itu ajaaa.... =.="

Setiap roda organisasi memiliki tantangan masing masing sesuai zamannya. Akan tetapi permasalahan sumber daya manusia adalah masalah yg tidak mengenal zaman, kerapkali menggerogoti organisasi tanpa memberikan manifestasi klinis berarti. Yang akhirnya, mengubur perlahan visi pergerakan mahasiswa menjadi visi pelaksanaan program kerja.

Perlukah ada perbaikan sistem keanggotaan organisasi secara tersistem??

Saya tidak ingin berspekulasi..saya rasa, setiap orang memiliki alasan sendiri dalam menjawab hal ini. Akan tetapi, dalam kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman akan beberapa hal yang saya dapatkan melalui studi komparasi berbagai organisasi. Check this out!! Di k€ehidupan intra kampus kita mengenal sebuah lembaga yang diakui dikti sebagai lembaga resmi yaitu BEM, dan untuk penyaluran minat dan bakat perlu dibentuk sebuah badan penyalur yang kerap kita sebut unit kegiatan mahasiswa, badan otonom, badan semi otonom, badan kelengkapan, atau sebutan lain yang ada.

Telah saya ungkapkan sebelumnya bahwa, terkadang silent killer dari sebuah organisasi berawal dari SDMnya sendiri. Banyak organisasi yang memiliki pengurus dengan sejuta aktivitas, bisa di bilang super aktivis. Tanpa saya kemukakan sebenarnya para pembaca kerap menemui hal ini di lingkungan kampus masing masing. Hal ini terjadi karena beberapa alasan:
  • Dia mengikuti semua organisasi yang ada intrakampusà semuanya jadi pengurus. Tentu banyak kewajiban yang harus dilaksanakan.
  • Memang tidak ada orang lain yang dapat dipercaya dalam mengemban amanah dalam kepanitiaanà jadi dia lagi. 
  • Tidak ada orang lain yang ingin bergerakà akhirnya, mau tidak mau dia sadar diri untuk bergerak. “Daripada tidak terjadinya perjalanan organisasi”, begitu pikirnya.
  • Tipe orang yang tidak bisa bilang “tidak” ketika ditawari amanah à banyak hal yang mempengaruhi, “tipe orang yg peka”/“pengen eksis”/“mengembangkan diri sendiri saja”/“aji mumpung”, dll.
Yang hasil akhirnya akan menyebabkan kehidupan organisasi dengan nuansa “lo lagi, lo lagi” atau “pengurus multiamanah”. kesannya Cuma ganti nama organisasi / kepanitiaan saja. Misal si X, di organisasi 1 sebagai sekretaris, di organisai 2 sebagai kepala departemen, di organisasi 3 anggota humas, di organisasi 4 sebagai anggota bidang. Saat ini dapat amanah sebagai ketua pelaksana, sebagai anggota seksi juga di kegiatan lain, dan sebagai pengurus wilayah ioms. Bisa anda bayangkan?? Apakah semua akan berjalan dengan optimal?? –secara real, memang kita tidak bisa menjudge, karena tentu kembali ke individu masing-masing-, akan tetapi jika anda analisis dari segi kualitatif dan indikator keberhasilan, saya rasa sebagian besar jawabannya adalah tidak optimal.

Disisi lain tapi dengan romantisme serupa, setiap manusia mempunyai ambang jenuh, termasuk para aktivis. Semua hal yang saya sebutkan di atas sebenarnya merupakan stresor yang jarang disadari. Hanya ada 2 pilihan menghadapinya, fight or fly. Sangat lega apabila kita memenangkan pertarungan / lari ke jalan yang lebih baik, dan sangat buruk apabila sebaliknya.hal seperti inilah yang perlahan akan mengganggu stabilitas organisasi, karena orang-orang seperti diatas adalah orang yang hidup dalam kerentanan untuk stres, akademik menurun, mental dan fisik menurun kualitasnya, dan akhirnya memilih untuk hilang timbul serta hanya ikut organisasi untuk menunaikan proker belaka, padahal mereka memiliki posisi penting dalam organisasi yang bersangkutan.

Sehingga, hipotesis saya untuk solusi masalah ini, perlu dibangun sebuah rules yang tersistem terkait keanggotaan. Mungkin lebih tepatnya membangun suasana “fokus” dalam organisasi. Karena bisa saja dia memiliki banyak keanggotaan, tapi berkomitmen untuk fokus terhadap beberapa organisasi saja. Hemat saya, alangkah lebih baik lagi apabila memang diatur batasan organisasi yang di ikuti sesorang dalam hal jumlah (intra kampus hanya boleh ikut 3 organisasi) dan level organisasi (seorang ketua BEM tidak boleh menjabat sebagai pengurus/ ketua bidang di ioms tingkat nasional), selain  itu  dalam open sercruitment panitia juga dibuat kriteria yang mengatur hal hal seperti ini. Dengan harapan, 3 manfaat utama dapat diraih:
  • Fokus, sehingga pergerakan yang diharapkan benar terjadi-tidak sekedar proker oriented
  • Aktivis dapat melakukan aktivitas akademik dan organisasi,dll secara maksimal dgn harapan hasil yang optimal
  • Memberikan ruang, celah bagi orang lain untuk mengembangkan kemampuannya -mengingat budaya kita masih menganut sistem “ mau tidak mau, kalau tidak ada org lain, siapapun pasti bisa”-sehingga lo lagi lo lagi bakal hilang dengan sendirinya.

Tulisan ini bukanlah untuk memberikan cap jelek kepada para aktivis yang sudah bersusah payah, tapi lebih kepada pembangunan sebuah sistem yang sangat peenting untuk memaksimalkan potensi kita aktivis sebagai generasi muda. Potensi besar dari segi “fokus” dan “bebas conflict of interest”. Dalam hal ini penekanannya pada “fokus” yang akan hasil optimal bila atmosfernya mendukung. Dan untuk menciptakan atmosfer itu perlu sebuah sistem yang baik. Pertanyaannya, Siapakah yang harus membangun sistem?? Silakan anda jawab sendiri dulu ya.........insya'Allah kita bisa berdiskusi lagi. hehe

 Rapat koordinasi nasional ISMKI Transformer, maranatha, 2010
Foto bersama 2 cewe bule (*lupa darimana) dan kang entis.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code