Hari ini adalah hari ketiga saya menjadi dokter muda, kalo diantara staff ditempat saya belajar lebih akrab dipanggil dengan "KOAS". Akan tetapi, pada hari ini pula adalah hari pertama saya di panggil "dokter Franz". ahahahaha... agak batuk-batuk saya mengingat kejadian itu. ^^. Saya sadar kok, bahwa sesorang dipanggil dokter bukan karena pakaian putih yang dipakainya, tapi semua yang ada pada dirinya-terutama sikap penolongnya--. Sebagai awal dalam meniti pendidikan profesi menuju gelar itu, dalam 5 minggu ke depan saya akan belajar di bagian radiologi.
Radiologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang sangat penting, kenapa?? (masa anak kedokteran ga tau jawabannya). hehee... *kidding.. yap penting, karena lewat radiologi kita dapat memperjelas diagnosa suatu penyakit, hal ini dinamakan radiologi diagnostik dan tak hanya itu, lewat ilmu radiologi kita juga dapat melakukan penatalaksanaan terhadap penyakit yang diderita pasien melalui radioterapi, atau lebih dikenal orang awam sebagai "penyinaran/ di sinar".
akan tetapi, ada hal yang saya sayangkan... radioterapi di palembang bahkan di sumsel, selama satu tahun belakangan tidak dapat berjalan dengan maksimal. Banyak hal yang mempengaruhi, salah satunya seorang ahli radioterapi khusus kasus onkologi (kalau ndak salah) sudah pensiun dan ada alat yang memang masih dalam upaya pengadaan (sekarang sudah ada) sehingga terkendala dalam perizinan. Jadi, banyak pasien yang tidak mampu ndak dapat di sinar... padahal mereka sangat membutuhkannya, sedangkan bagi yang mampu, biasanya mereka langsung ke jakarta untuk mendapatkannya di centre yang tersedia disana. well, ndak semua orang bisa seperti itu, mungkin radioterapinya gratiss,,, tapi biaya transportasi dan akomodasi apa pemerintah mau bayar?? atau anda yang sedang baca ini mau membantu?? ^^
mari sejenak kita tinggalkan tema superfisial ini, ada yang tahu kenapa radiologi dapat menjadi radioterapi? Jadi, di radioterapi terdapat sinar pengion yang berasal dari sumber-sumber radioterapi diantaranya adalah CO-60 / Cobalt 60. CO-60 ini memancarkan sinar Gamma, naaahh.... sinar gamma ini lah yang menghancurkan sel-sel kanker karena lebih memiliki daya tembus yang lebih besar dan daya rusak yang besar pula terhadap sel kanker. Akan tetapi perlu diingat bahwa sinar ini juga merusak sel-sel yang sehat, karena itu harus ada pembuatan planning yang matang sebelum melakukan radioterapi. Buat planning aja di bayar katanya.... #justinfo sapa tau ada yang minat jadi radiolog. ^^
Sedangkan radiologi diagnostik, ada buanyak banget macamnya. Ex. X-Ray, BNO, CT Scan, dan MRI. Canggih-canggih emang... tapi ingat, kita sebagai calon dokter layanan primer minimal menguasai x-ray/ pemeriksaan sinar X. Ga usah muluk2 dulu mau mahir baca CT Scan dll, toh belum tentu di puskesmas tempat kita nanti ada CT Scan kan, kalau kata dosen pembimbing kami, "penyakit seperti TB Paru ini wajib untuk kamu kuasai, kalau 6 kali saja kamu salah baca foto rontgen kamu ga bakal di pakai orang lagi". #menancapDiHati.
Yok kita bahas dikit-dikit, maaf bukan pelit, tapi karena ilmu saya juga memang masih dikit.... (n__n). Kita mulai aja dari thorax. Untuk melakukan foto thorax hal terpenting adalah indikasi, atau lebih dikenal secara klinis sebagai pendorong dokter lain meminta kita untuk melakukan pem-X-ray. ex. Dispneu, Hemaptoe, dll. Adapun syarat foto thorax adalah:
1. Inspirasi yang cukup, inspirasi yang cukup akan terlihat pada perpotongan gambar costae 6 dengan diafragma di midclavicula. Kalau kurang maka perpotongan mungkin di daerah midaksilaris. Lalu, kalau inspirasi ga cukup memangnya kenapa?? ada masalah?? ternyata ada.. kalau inspirasi ga cukup, maka lebar rongga thorax (jarak antar costophrenicus) akan menjadi lebih pendek, hal ini tentu akan berpengaruh terhadap CTR (cardiothoraxic ratio), dimana CTR akan membesar yang artinya gambaran jantung menjadi lebih besar dari normal (padahal ini perbesaran relatif). Maka, hati-hatilah.
2.Simetris, jadi pada foto thoraks harus terlihat simetris antara kanan dan kiri. Penting agar hasil foto dapat dievaluasi dan menghindari salah interpretasi.
3.Harus berdiri, untuk mengetahui hal ini, dapat dilakukan dengan beberapa pengamatan terhadap eksistensi magenblase (udara di fundus gaster), posisi tangan, dll.
4.Harus PA. Walaupun pada kasus dimana pasien tidak bisa bangun dari tempat tidurnya, pemeriksaan sinar X akan dilakukan dengan posisi berbaring/ supine. Kenapa harus PA?? (ada baiknya teman-teman memahami terlebih dahulu,posisi mana yang PA dan mana yang AP, arah sinar datang, dan letak film.
Sebagai simulasi untuk teman2 mempermudah dalam mengingat, coba teman2 siapkan HP dan pena/pensil, serta berdirilah didekat dinding. Sekarang pegang pena dengan jarak kira2 5 cm dari tembok. Lalu arahkan sinar HP ke pena tersebut. Perhatikan bayangannya. Selanjutnya, letakkan pena kira-kira 1 cm dari tembok dan lihat bayangannya.
Bagaimana??Berbeda bukan ukurannya?? bayangan pena jarak 5 cm terlihat lebih besar, sedangkan bayangan 1 cm akan terlihat lebih kecil. Prinsip inilah yang terjadi pada pemeriksaan sinar X. sinar HP adalah sinar X, pena adalah pasien, dan tembok sebagai filmnya. Pada posisi AP sama dengan posisi pena dengan jarak 5 cm, sinar datang akan membuat bayangan jantung lebih besar. Sehingga pada hasil terlihat perbesaran jantung. Sedangkan pada PA tidak, posisi pena 1 cm, karena jarak jarak film dan jantung lebih pendek sehingga hasil foto dapat dikatakan tidak mengalami perbesaran/ perbesaran tidak bermakna.
Jangan lupakan juga, bahwa kita harus dapat membedakan foto PA dan foto AP dan posisinya. Ingat, foto PA tidak pernah dilakukan dengan posisi supine. Foto PA dan AP dapat di lihat dengan mengamati clavicula (pada AP clavicula lebih mendatar), scapula (Pada AP scapula dalam costae), magenblase (pada posisi erect magenblase terlihat kira2 1 cm dibawah difragma), costa angle, dll.
5. Hasil foto sesuai indikasi pemeriksaan. Kalau mau meriksa parenkim paru maka hasil foto ya harus lunak, kVnya direndahin aja jadi hasil jelas hanya batas VTh IV. Kalau mau periksa jantung harus keras, kV di tinggi sehingga terlihat sampai VTh VIII, jadi akan terlihat double kontur pada penderita stenosis/insufisiensi katup mitral. Umumnya sih hasil foto dapat dibilang bagus bila VTh terlihat jelas hingga VTh VI.
Oke... mungkin hal diatas dapat dijadikan pengantar tidur teman-teman sebelum terlelap di radiologi. Pahami hal-hal dasar dulu akan sangat membantu kita untuk membangun pondasi keilmuan di bidang radiologi. Jadi ga ada cerita nanti pasien TB milier pas kita liat foto thoraksnya langsung aja kita diagnosis metastasis kanker tipe milier. hehehe... harus semangat nih belajar radiologi. Karena disini kita belajar tentang teknik imaging. Teknik bagaimana kita berimajinasi untuk melihat mana yang normal dan tidak. Semua akan jadi bisa karena kita biasa. Karena itu, rajin-rajin ya nak di radiologi..... #nasehatEMAK.
Thx. semoga bermanfaat. monggo di share....
Sumber: Catatan Hidup Koas Radio mulai 12 maret-5 minggu ke depan tahun 2012.
1 komentar:
Thanks
Posting Komentar