Semua bermula dari skripsi. Sebagai mahasiswa kedokteran tingkat akhir, skripsi adalah sesosok benda asing yang ditakuti tapi hampir pasti masuk kehidupan kami. Sangat menakutkan lah bagi kami yang belum berkenalan dengannya. Apalagi pengerjaan skripsi di fakultas kami tidak diberikan waktu khusus yang cukup panjang seperti pengerjaan skripsi di fakultas lain. Sembari kuliah hingga jam 5 sore, skripsi dan pengumpulan data harus tetap berjalan…bayangkan!! Akhirnya, saat yang tidak ditunggu-tunggu datang juga, kami diwajibkan mengusulkan judul penelitian yang akan menjadi skripsi kami nantinya.
Pada awalnya, penelitian yang saya ambil mengenai ekstrak suatu tanaman/ buah untuk diteliti manfaat farmakologinya. Seiring berjalannya waktu, tak sengaja saya diajak untuk mengikuti penelitian dosen, seorang dosen yang sangat senang mendorong mahasiswanya meneliti dan berkarya, DR. Mgs. Irsan Saleh, dr, M.Biomed. Tawaran beliau cukup menantang, akhirnya arah kapal benih-benih skripsi saya ubah dari yang awalnya ekstraksi menjadi penelitian biomolekuler dengan menggunakan teknik PCR (polymerase chain reaction). Dengan ketetapan hati, saya mengajukan judul penelitian "Identifikasi Polimorfisme Promoter -308 G/A Gen Tumor Necrosis Factor Alpha pada Penderita Sepsis di RS Mohammad Hoesin Palembang" kepada pihak dekanat melalui akademik/MEU.
tips untuk adek tingkat, sering-sering buat karya tulis dan dekat dengan dosen, ntar dapat enaknya walaupun kadang ada juga ga enaknya.. ya namanya hidup.. kalau saya sih, alhamdulillah dapat enak terus ^^. Dosennya baik-baik sih.
Setelah beberapa minggu berlalu, akhirnya keluarlah nama-nama dosen pembimbing yang akan menjadi pandamping serta konsultan bagi kami. Pembimbing 1 saya adalah DR. Mgs. Irsan Saleh, dr, M.Biomed, dan pembimbing 2 adalah Ibu Sri Nita, S.Si, M.Si. Wah.... beliau berdua adalah pembimbing yang sangat baik, tidak merepotkan mahasiswa, tidak menjerumuskan mahasiswa, tidak membuat saya stres, bahkan beliau selalu memotivasi saya untuk tetap tampil maksimal. Semua berjalan baik. Terima kasih dari lubuk hati saya atas bimbingannya dokter Irsan dan Ibu Sri nita. :)
Nah..ketakutan muncul ketika saya mengajukan usulan sidang proposal... ceritanya, untuk penyakit sepsis ini ada 3 orang mahasiswa yang meneliti polimorfisme, tetapi dengan gen yang berbeda. Ketiga mahasiswa itu adalah saya, Syarifah Nurlaila, dan Zyska Novya Putri. Ketika mengajukan sidang proposal penelitian skripsi, akan di nilai kelayakan dari penelitian yang akan kita lakukan. Penilai atau penguji terdiri dari 2 orang pembimbing dan 1 orang penguji. And then.... Syarifah dan Zyska mendapatkan penguji dr. Harun Hudari, SpPD dan saya mendapatkan penguji Prof. dr. Eddy Mart Salim, SpPD-KAI. waaahhhhhh.. =___=
Hal pertama yang bisa saya lakukan adalah bertanya. KENAPA?? KENAPA?? KENAPA hanya saya yang berbeda pengujinya... dan sepsis sangat erat dengan imunologi... dan saya mendapat penguji seseorang yang paling ahli di bidang tersebut untuk wilayah sumatera selatan ini, saya rasa sesumbagsel. Lalu, daripada saya membuang banyak waktu untuk bertanya, saya memutuskan untuk CEMAS. (tanpa diputuskan juga emang udah cemas). Jujur.. saya takut, cemas, ngeri, dan sangat pusing. Untuk menghubungi beliau saja saya segan, karena saya pikir beliau pasti sangat sibuk.
tips untuk kalian yang mau menghubungi dosen, terutama dosen klinik adalah rajin dan tidak malu untuk bertanya pada kakak tingkat. karena segan, saya tanya sama seorang senior. Karena kk2 senior kan sudah kenal lebih lama dari kita.. saya nanya bagaimana sebaiknya cara saya menghubungi penguji saya...dijelasi deh, dari waktu menghubungi hingga susunan kata. :) aamaaaan,,,,,,
Setelah menetapkan hati dan mental, saya menghubungi penguju 3 saya, Prof. Eddy Mart Salim, dalam hati saya.. yang saya pikirkan hanya satu. "yang namanya sekolah ya wajar salah... namanya juga $sekolah-selalu konyol dan salah-, la konyol salah pula... toh, dengan sidang yang dihadiri oleh pakar imunologi, insya'Allah akan menambah perbaikan bagi skripsi saya." Tuuuuuuuuutt.... Tuuuuuuuuuuutt.... Tuuuuuuuttttt.... telf akhirnya di angkat, tetapi yang mengangkat adalah istrinya Prof, karena Prof sedang istirahat. disuruh nelf 1 jam lagi deh. Padahal udah berdebar-debar cemas ini..dan harus diperpanjang 1 jam lagi kondisi seperti ini. hahahhaha..... tertawa sedih. Sejam kemudian saya menelf lagi dan langsung diangkat oleh prof. Dengan rangkaian kata yang telah dilatih akhirnya saya sampaikan bahwa beliau menjadi penguji.... dan alhamdulillah beliau bersedia dan meminta saya mengantarkan SK Penguji dan proposal skripsi saya ke meja beliau hari senin.
dan kalian tahu?? saat itu proposal saya sesungguhnya belum jadi 100%. hakzzz.....tips buat adek tingkat. Usahakan finish proposal dulu deh baru nelf penguji. hehhee. KERJA KERAS.
Akhirnya.. saya sidang deh. ternyata benar dugaan saya.. sesuai harapan, beliau memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang harus dikuasi sebagai pondasi keilmuan bila saya meneliti hal ini. Dan hal terpenting lainnya adalah, penguji memberikan nilai yang baik-baik... sang Professor memberikan nilai 86 dan pembimbing merangkap penguji masing masing memberikan nilai 90 (lupa tepatnya). Alhamdulillah,, walaupun hanya dapat 86, tapi senang sekali karena nilai tersebut diberikan oleh seorang Professor. Nilai yang bagi saya sangat objektif karena beliau tak pernah mengenal saya sebelumnya. Syukur saya ucapkan.
Oia... setelah si zyska dan ipeh ujian, akhirnya saya tambah bersyukur. Saya mengetahui suatu alasan kenapa Allah memilihkan Prof. Eddy sebagai penguji saya. Suatu alasan yang tidak bisa saya sampaikan disini, tetapi sangat penting artinya bagi saya. Saya mulai menyadari bahwa semua ini rencana Allah.
Selang beberapa bulan, akhirnya skripsi saya memasuki fase pengujian. Kembali pembimbing dan penguji hadir untuk mendengarkan presentasi saya.. saya inget sekali kata-kata bu Sri nita sebelum sidang yang menasehati agar saya tenang, jangan takut salah, dan yang terpenting jaga Attitude, jangan pernah ngotot, menunjukkan sok, bahkan sok tau. Alhamdulillah semua berjalan lancar. dokter Irsan yang selalu membantu saya dengan caranya yang unik selama di dalam ruang sidang, dan Prof eddy dengansegala pertanyaan dan sarannya, pertanyaan yang paling penting adalah "Apa hakikat ilmu dari penelitian kamu??".
tips buat adek tingkat, kalau kalian ingin meneliti, apapun itu, sekecil apapun itu, ingat dan carilah hakikat ilmunya. Karena hal itulah yang akan mengantarkanmu pada kemanfaatan.
Tahap penilaian... akhirnya, saya dapet nilai A. Alhamdulillah senang banget... hahaha.. dan serunya, nilai angkanya adalah 95,3 yang berasal dari pembimbing yang sama-sama ngasih 95 dan penguji (Prof) memberikan nilai 96. Subhanallah... alhamdulillah banget lah pokoknya.. Malah penguji ngasih nilai yang sangat tinggi, padahal beliau adalah pakar di bidang ini. Ini hikmah yang saya suka.. pengingat bagi kita, suatu saat ketika kita sudah ahli, dengan umur kita yang sudah dewasa, mungkin kita akan banyak menemukan kesalahan dan ketidakserasian pada anak-anak muda... dan kita menilai mereka menggunakan standar kita... bukan menggunakan standar anak-anak normal seumuran mereka. Bayangkan bila saya dinilai dengan standar seorang professor... mungkin nilai saya tak lebih dari 70... hal inilah yang banyak terjadi pada teman-teman saya yang nilainya jatuh, (menurut saya sih).
Skripsi Saya Nih...
Akhirnya liburrrr deh...hahhaa...pulang kerumah sambil bawa skripsi untuk dikasih ke nenek dan orangtua. Dengan perkiraan libur 4 minggu sembari menunggu yudisium.
Seharusnya ceritanya selesai hingga disana... tetapi, ternyata Allah punya rencana lain. Baru 3 hari saya dirumah... nenek minta tolong ditemani ke palembang mau ngurus administrasi kakek.. Sebagai cucu tentu dengan senang hati dapay kesempatan membantu nenek. Berangkat deh ke palembang. Ngurus administrasi yang diperlukan. Karena saya juga ketua angkatan, akhirnya saya iseng aja mampir ke kampus. Ga disangka ketika duduk-duduk di dekanat, ada Prof Eddy lewat, biasanya beliau buru-buru rapat, tetapi tidak kali ini, sehingga saya sempat mendekati dan menyalami beliau.
Tiba-tiba beliau berkata... "kamu mau ga ikut saya ke bandung, tapi kamu harus buat skripsimu dalam format jurnal",
saya bingung lalu menjawab "boleh Prof"
"Tapi kamu harus minta izin dulu dengan dr. Irsan ya, karena kan kamu penelitiannya ikut dia".
"Iya prof, ada acara apa ya prof?",
" ada kongres alergi imunologi"
"kapan ya Prof?"
"tanggal 16 maret"
"wahh.. saya udah koas prof. Gimana ya Prof??"
" nanti kamu coba urus saja untuk minta masuk penyakit dalam duluan biar izinnya mudah"
"oh gitu, baiklah Prof"
"Tapi kamu harus cepat buatnya karena batas pengiriman hari sabtu ini" (dan saat itu hari selasa kalau ndak salah).
*astagaaaa...........dalam hati, saya kan belum pernah buat paper. "baiklah prof".
buat sejawat, kadang rezeki itu datang tanpa disangka... saat itu padahal saya lagi duduk-duduk santai tanpa kerjaan aja di dekanat loh. hahaha...
Saya langsung pulang ke kosan dan sedapat mungkin mengerjakan format majalah skripsi saya... tentu dengan mengonsultasikannya kepada bos penelitian saya, Dokter Irsan. Dengan baiknya, beliau mengizinkan hal itu. hehhehe.. Alhamdulillah semua berjalan laancar, Abstrak saya dikirim, dan DISETUJUI untuk ditampilkan di kongres.
Semua aman dan terkendali... kecuali satu, tentang stase pertama...
feeling saya sih aman karena yang saya minta adalah PDL yang notabenenya agak ngeri dijadikan stase pertama. akhirnya saya mencoba menghubungi pihak UPK untuk meminta tolong bisa ga saya dan kelompok saya masuk PDL pertama kali. Feeling saya meleset jauh... ternyata ga bisa, saya terus melobby, bertanya pada PD 1 FK Unsri, beliau meng-acc kalau memang boleh, tetapi tidak akan mengintervensi secara teknis aturan dari UPK. sehingga pada detik-detik mau mengguncang stase, saya juga belum dapat kepastian bisa dapat PDL stase pertama... nekat saya menemui dr.Ramzi, SpM di depan 236 mahasiswa, padahal saat itu beliau sepertinya sudah siap untuk mengguncang kelompok. Saya jelaskan semua permasalahan dan alhamdulillahnya beliau menanggapi dengan baik tetapi belum bisa memberi jawaban, alhasil pengguncangan kelompok ditunda beberapa menit.
saya akhirnya dipanggil ke suatu ruangan karena dipanggil dokter ramzi, di sana juga ada desi... sempat bingung. Dokter ramzi memanggil saya, dan menjelaskan bahwa beliau sudah konsultasi, intinya kalau untuk menetapkan saya masuk PDL sebagai stase pertama tidak bisa, kalau mau ya liat goncangan, syukur-syukur dapat PDL, tapi kalau misalnya saya dapat gocangan ternyata bukan PDL dan ada teman yang mau tukeran, diperbolehkan. Saya hanya bisa menerima, tapi sangat apriori karena sudah sangat dibantu ma dokter ramzi mengurus ini. Desi yang sempat buat saya bingung ternyata mau izin 1 minggu atau lebih tepatnya kmgkinan stagnan 1 stase karena jadi delegasi MTQ Provinsi yg diselenggarakan di salah satu kabupaten di sumsel. Karena itu desi berusaha dapat stase Rehab jadi kalaupun stagnan hanya 2,5 minggu.
Pengguncangan kelompok pun dimulai.... saya dapat no 28, desi dapat no 75. Setelah ditanya stase apa.. ternyata saya dapat staseTHT dan desi Penyakit dalam. Setelah lobby sana sini, ga ada yang mau tukeran PDL ma stase saya yang THT. eh..ga taunya, sohib saya alias rahman setiawan, S.Ked dapat stase rehab... yang namanya sahabat insya'Allah ngerti... dan akhirnya dia dan kelompok (yayuk n ama) mau tukeran, jadinya saya ambil PDL, rahman ambil THT, dan Desi jadi rehab. Semua beres... tapi belum sempat kami sampaikan ke dr. Ramzi, dan beliau sudah menutup acara pengguncangan dengan pengumuman bagi mahasiswa yang dapat stase PDL, REHAB, dan kelompok saya +desi tinggal dulu. Maksud beliau agar kami bisa mendiskusikan. Wahhh.... baek banget lah pokoknya. hehe.. Langsung saya sampaikan ke beliau kalau kami bertiga sudah bersedia tukeran dan jalan keluar lebih mudah dan saya akhiri dengan ucapan terimakasih kepada beliau.
tips buat adek tingkat, Jangan kaget ya ketemu dokter yang baik.*lhoo..hahhahaha....
With My Better Half--> We are Coass in Radiology Dept.
Semua kembali aman..Seiring waktu, tiba-tiba gosip baru beredar, kabarnya urutan stase dirubah... saya belum percaya. Hingga akhirnya saya dipanggil UPK bahwak stase saya yang awalnya Penyakit Dalam berubah jadi radiologi, sedangkan rahman dan desi tetap THT dan Rehab... Ya Allah... ada apa ini Tuhan?? tanyaku dalam hati. Singkat cerita, staff UPK memberikan kesempatan pada saya agar mencari teman di kelompok lain untuk diajak tukaran... akhirnya, semua yang baik-baik saja berubah menjadi kusut lagi.
Ada 2 kelompok yang saya ajak tukeran, tetapi sepertinya tidak bisa. Lalu kelompok ketiga yang saya ajak pun tidak bisa juga diajak tukaran. yah... apalah daya, karena saya juga ga bisa memaksa. Hingga akhirnya saya dan kelompok saya (putri, ria, ika) pulang. Sesampainya di rumah, ternyata lampu mati, dan naasnya HP saya juga mati total. Ya sudah,, saya ke fotokopian deh buat kerja sampingan.. sepulangnya dari RF Fotokopi, ga taunya ketemu ama my better half dan ria di depan kosan saya.. Ternyata ada kelompok yang bersedia tukeran, mereka menelf ke HP saya, tapi HP saya kan mati total+listrik juga padam-gabisa ngecas. Akhirnya yang dihubungi adalah my better half...setelah ditimbang-timbang dengan semua pertimbangan yang ada akhirnya kami (karena ini bukan keputusan saya) memutuskan tetap melanjutkan stase di radiologi sebagai stase awal, walaupun telah ada yang bersedia tukaran. Ini lagi rencana Allah.. bayangkan, bila HP saya ga mati total dan listrik ga padam, mungkin bila teman saya ada yang nelf ajak tukaran sudah saya terima. Nyatanya Allah menginginkan saya memutuskan masalah ini dengan diskusi dulu dengan kelompok saya. Saya pribadi sangat berterimakasih karena udah ada yang mau membantu tukeran. Tapi keputusan tetaplah ditangan kelompok. Walaupun keputusan itu masih belum jelas, karena kemungkinan saya bisa minta izin kepada bagian radiologi, kalaupun tidak bisa saya sudah menetapkan hati untuk tetap berangkat walau resikonya adalah harus stagnan selama 5 minggu. mengingat komitmen berangkat juga sudah dari jauh-jauh hari, satu hal yang terpenting "kesempatan yang sama tidak datang 2 kali"
Radiologi akhirnya kami datangi untuk menimba ilmu di pendidikan profesi ini... baru 2 hari berjalan saya merasakan bahwa sekali lagi Allah memilihkan jalan lagi untuk saya, keberangkatan saya harus diurus administrasinya ke fakultas. Bayangkan kalau saya di penyakit dalam, rasanya tidak mungkin. Saya di radiologi saja, administrasi Surat Tugas, Surat Perjalanan Dinas, dan Surat Izin Akademik baru beres sehari sebelum keberangkatan. Bayangin aja adek tingkat saya, si Fadel udah bantu ngurus ame mentok.....dan itupun keluar setelah saya capek mondar mandir nyamperin staff2 yang menurut saya kinerjanya harus lebih ditingkatkan. Belum lagi poster... saya ini gagap teknologi, untungnya saya punya adek asuh yang luar biasa dalam hal ini, namanya Wulan, akhirnya dia deh yang buat poster untuk saya. Udah dibuat, ternyata ada masukan warna huruf dan background sebaiknya di ganti, jumlah kata dikurangi, dll lah... banyak!! saya yakin saya benar-benar ngerepotin.
Dan yang paling parahnya... poster awal yang saya rancang dan dibuat wulan dalam bahasa Indonesia, ga taunya setelah dikoreksi oleh Prof. Eddy dan kakak2 residen, semuanya harus in english... nah... kacau, untung sekali lagi, saya punya temen namanya Jessica, chinese yang palembangnya medok banget, IPK tertinggi, nilai A penuh, dan jago bahasa inggris. Pagi-pagi saya minta tolong si jesi translate...untung dia ini mau.... baek banget kan/ padahal itu adalah hari pertama dia di stase jiwa. Janji si jesi setelah pulang koas dia buat, dan tiba-tiba dia sms mengabarkan bahwa dia harus ke Jambi untuk stase di sana... besok pagi (selasa) berangkat, dan pulang dari erba mau beres2-packing dulu... dan kayanya ga bisa bantu. OMG, saya tanya bener2 ga bisa, akhirnya jessica cuma bisa bilang mengusahakan mungkin jam 5 baru dikerjain dan jam 7 selesai. Wawnya, ga lama setelah itu, jam 5 an si jesi sms kalau hasil translatenya udah di kirim... saya tercengang dan bertanya, serius jess??? dia jawab,, yo sius lah... ahahhaa... Alhamdulillah... di bantu lagi ama Allah,
tips buat adek tingkat, dekati, kenali, dan hormati lah adek-adek tingkat kalian dan teman seangkatan, karena kalian tidak akan tau kapan saat kalian membutuhkan mereka. Tanpa mereka, mungkin poster ilmiah saya belum jadi ampe sekarang... makasih wulan, fadel, dan jessi.
Saya dan Prof. dr. Eddy Mart Salim, SpPD-KAI
seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa surat izin saya jadi sehari sebelum acara. Yaitu pada hari kamis.. padahal, sorenya saya berangkat. Sudah jadi surat izin, banyak pula godaan dan ancaman. Kabarnya stase radiologi harus 100% hadir,kalau ga gabisa ikut ujian.. ada cara-cara hitam, bisa aja sih saya ga usah kasih surat izin dan minta tolong diabsenin ama temen, cukup aman lah... jadi tetap bisa ujian, dibanding nanya, gataunya ga boleh izin, mau kabur gabisa karena udah tau kita mau izin, dan kalau ketahuan terancam stagnan 5 minggu. Bimbang... ditambah ketika mau memberikan surat, bu Rahma sang konektor FK dan bag. Radiologi ga datang...laju tambah bingung.
Godaan cara-cara hitam semakin menguat, setelah diskusi panjang dengan my better half (aviandini toga putri) dan berkat dukungan dari dia, saya memutuskan untuk memberikan surat izin, walaupun konsekuensinya adalah tidak diizinkan dan terpaksa stagnan. Bagi saya, cara seperti itu lebih terhormat. Saya coba menemui staf TU Radiologi yang lain, yaitu bu neti, saya berikan surat izin saya dan menjelaskan maksud dan tujuan saya pergi, Alhamdulillah sekali ternyata disambut baik oleh beliau, malah beliau memberikan apresiasi atas partisipasi saya dalam kegiatan yang ingin diikuti. Ternyata benar kan... yang jujur lebih disukai. Saya izin deh radiologi 2 hari.
tips untuk adek2... Ingatlah untuk terus berkarya dengan cara-cara yang terhormat. Jangan nodai karya kita dengan plagiatisme, kebohongan, dan kecurangan.
Alhamdulillah hari kamis sore akhirnya saya dapat berangkat ke bandung. Saat2 di bandung adalah saat-saat penuh perbaikan gizi.. mantap tanan lah pokoknya makanan di hotel horison Jl. Pelajar Pejuang. Saya juga sempat makan di ampera, di traktir ama kakak residen penyakit dalam. dll... tapi yang terpenting adalah soal paper+poster yang saya ikuti. Hari sabtu jam 12.30 ketika saya lagi asik-asiknya mengikuti symposium tiba-tiba ada HP saya bunyi bilang akalu poster mau di nilai.. maklumlah, saya baru pertama kali ikut kegiatan yang beginian. Saya kira kami cuma berdiri di samping poster ketika jam istirahat dan diberikan kesempatan hadirin yang lewat dan ingin bertanya tentang poster dari paper yang kami buat. Ternyata tidak, kami diminta presentasi singkat dan di nilai langsung oleh juri.. ada 3 orang juri yang menurut saya luar biasa..... dan salah satu yang paling kritis yang saya amati selama simposium adalah dr. Nanang (yang kemudian baru saya ketahui beliau adalah ketua pengurus besar persatuan ahli alergi imunologi indonesia/ PB Peralmuni, pantes), Prof. Cissy (ketua PB Peralmuni cabang bandung), dan dr. Chairul (Peralmuni Surabaya). Beliau bertiga sungguh kritis-kritis. Ada saja hal yang luput dari pandangan kita yang beliau tanyakan. :) senangnya, beliau sangat mengapresiasi poster dan paper kami. ^^
Sesi Tanya Jawab Poster Session, kaya SOCA lhoo...
Tibalah saat pengumuman best poster (kalau paper kan untuk publikasi, jadi ga ada de best- de best'an-- semua masuk di buku naskah Peralmuni--alhamdulillah, sebagai upaya mendukung himbauan Dikti supaya mahasiswa rajin publikasi)... ternyata setelah di hitung nilai rata-ratanya, ada 2 orang nilainya sama.. Jadi keduanya sama-sama terbaik. Nama pertama dipanggil ke depan... dr. Leni Susanti (kakak saya yang hari ini, tanggal 21 maret bersama saya dilantik, beliau jadi SpPD-spesialis penyakit dalam-, dan saya jadi S.Ked, Sarjana Kedokteran), lalu yang kedua, ternyata nama saya dipanggil maju... Kebetulan di sebelah saya adalah dokter Yusmala, Sp.A (K), beliau langsung bilang selamat... senangnya. hahaha.. lalu kami berdua maju, dan dr. Nanang memberikan sertifikat serta uang tunai sebagai hadiah (Uang hasil jerih payah ini saya beliin oleh-oleh dan Baju untuk pelantikan + dasi, hasil keringat sendiri loh... ahahha). Sembari memberikan hadiah, beliau menyampaikan kepada semua hadirin bahwa saya ini masih mahasiswa, bahkan belum di lantik jadi S.Ked... Alhamdulillah semua tepuk tangan. hahaha... untuk bukan hal yang jayuz. hehhe...
Setelah itupun, banyak yang memberikan selamat dan dorongan pada saya agar terus mengembangkan penelitian, dari Prof. Cissy, Prof. Zul, dr. Chairul, dr. Nova, Prof. Eddy, dr. Yuniza, dll... senang sekali.... hahaha... Yang ingin saya sampaikan.. ini bukan soal bangga karena di puji dll, ini soal motivasi... Kondisi yang di atas ini sekarang menjadi motivasi bagi saya, Indonesia masih menginginkan banyak peneliti muda. Peneliti juga sangat di apresiasi walaupun bentuk apresiasinya bukan dalam hal materi, dan semua yang saya alami membuat saya ingin meneliti lagi, karena itu saya sarankan sesering mungkin untuk mengikuti hal-hal seperti ini. So, jangan pernah merasa sepi menjadi peneliti tetapi juga klinisi.
Selain itu, melalui kegiatan ini saya jadi dekat dengan beberapa kakak-kakak residen, K' Anto (ketua residen penyakit dalam), k' adhi (Sekretaris residen), k' merryl, k' iin, k' hariz, k' leni, (semua penyakit dalam), k' adel dan k' norman (THT). Jadi kenal juga dengan konsulen alregi dan bagian anak.Serta banyak pengalaman lain yang saya pelajari. Saya ingin ucapkan terima kasih kepada dr. Irsan yang telah mengajak saya ikut penelitian dan Prof. Eddy atas ajakan beliau agar saya ikut ke bandung. Hadiah, sertifikat, dan buku publikasi bagi saya sangat penting, walalupun kalau anda bandingkan dengan yang anda punya mungkin tidaklah seberapa, tapi pengalaman tidak bisa di beli... dan kesempatan tidaklah datang dua kali. Selain itu, tidak jadinya kami masuk stase PDL juga berkah bagi kami yang didatangi keluarga. Jadi punya banyak waktu untuk keluarga untuk jalan-jalan dll. Saya ngebayangin kalau di stase lain mungkin saya harus jaga, harus follow up pagi-pagi, dll. Untung juga lah masuk radiologi duluan. Alhamdulillah.
Saya, Bang Oman (THT), dan Bang Adhi (PDL)
Apalagi kesempatan emas ini saya dapatkan secara tidak sengaja... bahkan berawal dari sebuah ketakutan. Kalau saya runut cerita ini ke belakang maka akan terasa, bahwa hal ini adalah sesuatu yang jelas di rencanakan. Sebuah rencana yang lebih indah, yang jauh lebih baik daripada rencana-rencana yang saya buat karena dasar keinginan- nafsu semata. Ya . . . inilah yang namanya rencana Allah.
The End