Ikatan senat mahasiswa kedokteran Indonesia (ISMKI) ibarat rumah besar dan utama bagi mahasiswa kedokteran di Indonesia, salah satu bagian yang melengkapinya adalah badan pers nasional atau lebih dikenal dengan BPN ISMKI. Walaupun BPN seatap dengan ISMKI, ternyata perasaan terkotak-kotak masih saja menjadi cerita unik dari keseharian organisasi ini. Alhasil terciptalah perasaan bahwa ISMKI dan BPN itu terpisah.
Banyak etiologi yang kami identifikasi melalui pertemuan dunia maya MPA-BPN ISMKI, hal yang paling mengejutkan adalah minimnya pengetahuan pengurus BPN tentang ISMKI itu sendiri, dan saya yakin hal itu sama saja bila saya bertanya kepada PHN/PHW ISMKI mungkin banyak yang tak mengerti tentang hierarki BPN dan ISMKI, apalagi bila ditanya soal koordinasi mereka sebagai keluarga satu atap. Hal ini kabarnya disebabkan pula dari “ketidaktahuan” yang diturunkan secara herediter.
Hal ini malah mengingatkan saya pada setahun yang lalu, ketika saat itu saya malah menjadi bagian PHN ISMKI dan cukup dekat dengan BPN karena ada haris (kadiv spectrum BPN 2010-2011 dari FK Unsri) dan kegiatan saya di kastrat sehingga mengisi artikel di majalahnya BPN, Spektrum. Kalau tak begitu, mungkin sayapun tak begitu kenal dengan BPN. Disaat yang bersamaan, sayapun merasa ada kejanggalan tentang banyaknya munas dan muswil di dalam ISMKI yang berakibat seolah-olah semua berjalan sendiri-sendiri dan banyak habis waktu untuk menyelaraskan gerakan.
Saya akhirnya menyampaikan uneg-uneg ini pada sekjend dan wasekjen internal, saya sampaikan pula solusi yang dapat mengatasi 2 permaslaahan sebelum ini, yaitu mengadakan munas bersama. munas yang sebenarnya, MUNAS ISMKI. Kita subtitusi yang selama ini terjadi, munas ISMKI adalah munasnya PHN. Padahal di dalam ISMKI juga ada Bapin, BPN, PHW, dan MPA. Seharunya semua organ tersebut duduk bersama ketika munas, tidak seperti sekarang ini yang hanya duduk untuk pemaparan singkat tentang kondisi terkini. Alhamdulillah, berkat inisiatif mas faza, pada akhir tahun 2012 akan diadakan munas ISMKI yang seutuhnya. Hal ini bisa dijadikan batu landasan bagi BPN untuk bersama-sama membangun keluarga ISMKI, jadi tak ada lagi yang merasa di anak tirikan.
Tak berhenti sampai disitu, masalah-masalah lain pun terkuak dalam NM yang cukup singkat. Ada rasa sedih cukup mendalam atas hal yang baru saja saya ketahui, bahwa pada kenyataannya keaktifan pengurus BPN, bahkan Kepala Divisi hanya 50%. Banyak yang ingin keluar dari kepengurusan dan ada beberapa yang mengundurkan diri karena beberapa alasan. Saya miris, padahal disisi lain ISMKI, PHN sedang dalam kondisi terbaiknya menurut saya. Lah kenapa di BPN tidak, sangat jauh tertinggal. Tapi yang membuat saya salut adalah sang Direktur BPN, wanita muda angkatan 2009 bernama Tine yang entah bagaimana masih bertahan, dan mengungkapkan bahwa 80% proker masih dapat terlaksana.
Tentu kami sebagai MPA langsung penasaran, kok bisa banyak pengurus tidak aktif? Jawabannya simple, “Mereka merasa tidak dapat apa2 dri bpn. Jadi istilahnya ga dapat untung. Ada juga yang karena kadiv nya ga aktif, jd malas2an juga.” Kemudian, “Jadi istilahnya kami kurang terkenal. Kalo kakak2 bs membantu gimana caranya membuat kami dikenal dan terkenal mungkin anggota bpn nantinya dapat lebih produktif. Kalo anggota ismki (PHN/PHW nampaknya) kan bisa terkenal, jd yang produktif banyak. Kalo kami kurang begitu. Sebetulnya sudah ada ide sharing artikel, tapi pelaksanaannya terhambat. Jadi, mungkin nantinya bpn bisa menawarkan potensi penulis anak fk itu bisa terkenal diantara fk se-indo”. Sebuah jawaban tulus dari adik saya, yang saya apresiasi keberaniannya mengatakan hal ini kepada kami. Sayapun mempublish ini agar teman-teman tau, beginilah perasaan saudar/I kita di sana. Bukan ingin menunjukkan kelemahan kita. Orang yang mengakui kesalahan dan mau memperbaiki selalu lebih baik dibandingkan orang yang bertahan dengan kesalahan yang ditutup-tutupinya. Bagi saya, ada kalanya kita dengan lantang berbicara, “bukan bertanya apa yang diberikan organisasi kepada kita, tapi apa yang kita berikan kepada organisasi”, tapi kadang tidak semua kondisi dapat disamaratakan, pada kasus ini Saya dan teman-teman MPA dan BPN harus berpikir tentang manfaat bagi pengurus BPN, kalau tidak, jangan harap anda melihat kemajuan BPN di kemudian hari.
Belum selesai masalah soal minimnya pengetahuan ISMKI, keaktifan anggota, dan manfaat BPN bagi pengurus. Saat ini BPN malah merasa semakin galau dengan adanya warta ISMKI dari Infokomnas. Saya sudah menduga hal ini, Karena itu sebelum NM berlangsung saya mengundang Indah (sekbid Infokomnas untuk gabung NM, sayangnya yang bersangkutan berhalangan). Kegundahan ini muncul dari pengurus, mereka awalnya keberatan dengan adanya warta ismki itu. Seperti menyaingi eksistensi BPN yang bahkan belum eksis.
Karena hal itulah saya menyampaikan pertanyaan pembuka, Apa perbedaan Spektrum dan Warta ISMKI? Dan jawabannya : spektrum adalah majalah yang isinya lebih universal seputar dunia kedokteran, disamping fakultas kedokterannya. Di spektrum, rubrik untuk ismkinya kan terbatas, cuma 2-3 halaman. Jadi memuat acara besarnya ismki aja, sedangkan warta ISMKI lebih menitikberatkan update info tentang bidang-bidang di ISMKI. Saya rasa, jawaban ini sudah cukup jelas dan mampu untuk menghapus kegundahan dan kegalauan dihati pengurus. Kami dari MPA juga berkomitmen untuk menjaga konten publikasi spectrum dan warta ISMKI agar tidak terjadi overlapping. Ditakutkan, ketika terjadi overlapping, niscaya salah satu (Spektrum atau Warta ISMKI) dapat saja kolaps. Bagaimanapun, bagi pengurus BPN spektrum adalah jantung mereka. Produk mereka yang utama dan inti dari BPN itu sendiri. Bayangkan bila spectrum kolaps?? Hanya karena ketidakhatian kita dalam memilah konten publikasi. Semoga tidak pernah terjadi.
Suasana diskusi kami seakan tambah suram penuh keharuan mendengar kisah-kisah tersebut. BPN serasa di ujung tanduk. Hingga sampailah kami ke agenda penyampaian pertimbangan. Disinilah kami merasa bahwa, masih ada sejuta cercah (bukan secercah lagi) harapan BPN untuk bangkit. Karena apa yang di alami BPN hampir sama dengan yang dialami MPA, kita sama-sama kurang eksis dibandingkan PHN/ PHW. Tentu langkah awal adalah mempertahankan hal-hal kecil yang penting dalam pengakaran BPN terutama di LPM masing masing FK, seperti kata arya giri bahwa sebenarnya dia cukup terkesan karena BPN berani mengeluarkan merchadisenya..ini salah satu upaya yg efektif untuk mengenalkan BPN...jadi gara-gara temen2 pers pake jaket BPN..banyak mahasiswa yang tanya BPN itu apa...itu modal yg bagus lo.... Hal seperti ini wajib dipertahankan, menurut arya juga untuk mengatasi persoalan tentang pemahaman hubungan BPN dengan ISMKI tolong dipaparkan dengan jelas di munas, rasanya masih banyak yang belum paham hubungan ini. Insya’Allah munasnya di Makassar pada bulan maret, kebetulan wasekjen Interna ISMKI berada disana, saya rasa bang taufik bisa membantu nanti.
Komisi satu MPA, mega, juga menambahkan soal BPN yang kurang mengenal ISMKI.Menurutnya, tine yg sudah mulai kenal banyak bisa menceritakannya pada pengurus skrg, dan yg terpenting pada pengurus BPN selanjutnya. mungkin tine bisa bikin eval selama setahun ini dan turunkan pada pengurus BPN selanjutnya, jg bimbing pengurus BPN selanjutnya. Ada banyak jalan untuk menghidupkan BPN. sama seperti kami yg mmenghidupkan MPA, dulu sangat banyak orang yg tidak kenal MPA, kemudian kami mengadakan sosialisasi dan melekatkan MPA dalam setiap tindakan kerja. masalah komitmen pengurus yg kurang, benar karena mereka merasa kurang berkembang atau tidak mendapatkan sesuatu di BPN, bisa dilakukan upgrading pengurus, atau klo mau bikin LKMM BPN. ilmu jurnalis adalah ilmu yg luarbiasa wah buat saya. saya skrg justru lg berburu ilmu jurnalis dan sempet kepikiran masuk BPN. hawa jurnalis itu yg harus tine dan jg temen2 disini tularkan (termasuk MPA) agar BPN bisa naik daun saya berani bilang sama kamu, pemimpin manapun di dunia ini wajib punya skill jurnalis, minimal menulis. dan ISMKI punya banyak pemimpin, itu ladang bagus buat BPN.
Saya pribadi sih simple simple saja, saya memberikan pertimbangan pada BPN untuk memiliki Pelatihan jurnalistik nasional, membuat spektrum dalam bentuk online, dan pada munas nanti mohon dipertimbangkan untuk mengangkat penerus dengan background ISMKI. Pelatihan jurnalistik nasional ini dapat mengajak tokoh-tokoh keren seperti bang karni ilyas, ferdiriva, najwa shihab, raditya dika, dll. Satu lagi, saya sarankan BPN untuk membuat buku, kalau kata mas aldi buat buku tentang pengalaman dokter insternship. Apapun judul dan tema bukunya, yang terpenting antusiaslah kalian membuatnya. Dengan begitu, BPN akan eksis dengan sendirinya disamping royalti juga mengalir ke kas BPN. Kenapa tidak dicoba bukan??
Masih ada harapan dari BPN, sejuta cercah harapan malah. ^^. Malam ini saya dapat pelajaran berharga, yaitu antar PHN-PHW-BAPIN-BPN-MPA itu saling terikat, karenanya harus saling peduli. Bagaikan sistem organ , bila ada yang sakit maka organ lainpun akan merasakan sakit dan nyerinya. Itulah kita seharusnya, ISMKI.
mecintai ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) secara holistik, berarti juga mencintai MPA-ISMKI, BPN-ISMKI, BAPIN-ISMKI, PHW ISMKI, dan PHN ISMKI. Jangan merasa asing dirumah sendiri- Franz Sinatra Yoga
1 komentar:
sangat mengharukan cerita perjalanan BPN. memang sayogyanya juga BPN mendapat tempat di hati ISMKI. saya setuju dengan usul mas faza, munas nantinya bukan hanya gawenya PH ISMKI tapi gawenya semua komponen yang ada di ISMKI. hal ini tentunya supaya tidak ada yang merasa dianaktirikan, kita lebih mengetahui tugas dan fungsi masing-masing dengan pencapaian visi yang utama untuk ISMKI. dan sekarangpun, saya juga mendapat sejuta harapan franz, tak hanya secercah, melihat peranan BPN bisa menjadi ladang emas jika dioptimalkan peran dan fungsinya untuk dunia pers. BPN dapat mengerahkan daya dan upayanya untuk keberlangsungan hidup BPN, menyuarakan pers untuk dunia kedokteran. butuh pemimpin dan manajer yang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk melangsungkan hidup BPN yang optimal. pengoptimalan kinerja, saya setuju dengan adanya upgrading pengurusnya ataupun pelatihan jurnalistik seperti yang disampaikan franz. menjadi suatu kehormatan nantinya, BPN dapat membawa isu-isu kesehatan ke istana negara, kalaupun tak di istana, minimal sampailah kepada stakeholder. semangat untuk BPN!!!
ketika daya upaya pejalan kaki peradaban sedang menghadapi trombus-trombus yang siap menutup aliran pembuluh darah, SEMANGAT HARGA MATI! untuk terus berjuang.
Posting Komentar