Oleh: Nur Afifah Azzahra (FB: Ifaa Diazzahra)
Kesempurnaan dalam standart kemanusiaan yang kita inginkan , tak akan tercapai kecuali dengan dua hal , yakni semangat untuk berubah dan kesabaran . Aku pernah membaca sebuah majalah yang ketika itu kupinjam dari salah seorang temanku dan menemukan satu kalimat yang menginspirasi didalamnya “ Put your future in good hands , your own “ .
Aku bukan seorang cerpenis handal yang telah menulis puluhan karya terbaiknya , bukan juga seorang wanita karir yang memiliki banyak pengalaman dalam hidup, aku hanya wanita yang berumur belum genap 20 tahun dan tidak memiliki banyak kisah menarik , karena hidupku yang memang terlalu datar . Aku tidak pintar, hanya mungkin selalu beruntung berkat doa ibuku . Dan ketika aku bertanya pada diriku sendiri , apa impian mu ? aku belum bisa menjawabnya . Lalu, ketika aku bertanya pada ibuku tentang apa impianya , ibu ku tersenyum , “Melihat anak-anakku sukses “ , itulah impian terbesar ibuku . Memang kelihatanya sederhana dan klasik . Seluruh orang tua menginginkan hal itu . Akan tetapi untuk seorang ibu yang hanya memiliki sebelah sayap seperti ibuku , akan terasa begitu sulit untuk menerbangkan ke empat buah hatinya : Aku, adik ku, dan kedua orang kakak ku.
Orang tua ku bercerai ketika aku duduk di bangku sekolah menengah pertama. Ayah kembali membangun keluarga barunya sementara ibu ku tetap setia dengan kesindirianya. Hari hari kami lewati begitu berat , dan hanya bersandar dengan Dia yang Mahabijaksana. Tidak mudah untuk menjalani kehidupan yang normal diatas kenyataan bahwa keluarga yang kami miliki sudah tidak utuh lagi . Tidak ada peran ayah yang menyulitkan ibuku untuk mengatur kebebasan kami, anak anaknya , terutama kakak lelaki ku. Sekali lagi, tidak mudah bagi ibuku untuk melewati semua ini ditengah rasa sakit yang masih mengucur deras akibat dikhianati orang yang sangat dikasihinya.
Begitu banyak cobaan yang Allah berikan untuk menguji keimanan kami sekeluarga . Ada satu kisah yang aku ingat betul . Ketika itu, kakak lelaki ku ditahan polisi akibat tauran antar pelajar saat dia masih duduk di bangku SMA . ibu ku menangis dan hampir pingsan ketika mobil polisi membawanya meninggalkan rumah kami . Semua tetangga disekitar rumahku memandang kami dengan perasaan iba, sinis, atau kasihan . Ketiga hal yang menurutku sama saja, sama sama membuat hatiku tak enak melihatnya. Ibu merasa gagal dalam menjaga kakaku, terlihat dari raut muka nya yang tampak malu dan bersalah . Menurutku , tidak ada yang perlu disalahkan , apalagi ibu . Keadaan yang memang membuat ibu begitu sibuk bekerja siang malam untuk mendapat kan penghasilan lebih dalam menghidupi kami. Dan kepercayaan penuh untuk menjaga diri kami masing masing itulah yang benar benar harus kami jaga .
Semenjak peristiwa itu, ibu lebih banyak diam . pernah suatu ketika ibu berkata pada kami ,“ kalian sudah besar , tau mana yang boleh dan tidak untuk dilakukan . Ibu tidak ingin jika orang orang diluar sana berkata, wajar saja mereka berbuat ini itu, toh tidak ada ayah nya lagi yang melarang “ begitu pelan ibu ucapkan , tetapi terdengar begitu jelas . Ibu tersenyum , sebuah sentuhan akhir yang meninggalkan kesan berarti bagiku.
Peristiwa pahit yang kami lalui mengajarkan kami untuk lebih bersabar . Ibu, aku , kakak dan adiku , berusaha untuk lebih memaknai hidup dan mengambil pelajaran dari setiap masalah yang kami lalui . Live must go on, hidup harus terus berjalan. Dan jalan yang kami pilih adalah semangat untuk lebih berusaha, bertawakkal, dan bersabar.
Kini, matahari seakan telah menyinari keluargaku kembali . Pelan pelan ibu mulai meretas mimpi nya dalam usaha dan doa yang ia lakukan tiap hari di setiap sujud malamnya . Mimpi untuk menyaksikan kesuksesan buah hatinya di suatu hari nanti. Keadaan berubah jauh lebih baik dari hari kemarin dan hari hari sebelumnya. Keajaiban-keajaiban kecil pun mulai mengalir di keluarga ini .
Suatu hari, ibuku jatuh sakit. Kami bergantian menjaganya di rumah sakit . Malam itu, aku menawarkan diri untuk menjaga ibu , karena kulihat kakak perempuanku sudah tampak letih dan perlu beristirahat dirumah . Aku membawa beberapa buku SNMPTN tahun lalu yang telah kupersiapkan dari rumah, membawa alat tulis, dan selembar baju ganti untuk kupakai besok . Kebetulan , besok aku dan adik ku akan mengikuti tes SNMPTN , dan aku meminta nya untuk menjemputku pagi pagi benar di rumah sakit .
Malam itu , aku sama sekali tidak belajar . Perhatian untuk merawat dan mengasuh ibuku jauh lebih besar ketimbang untuk membaca dan menjawab ratusan soal soal yang membuatku agak pusing . Aku pasrah .Pagi pagi benar , adiku sudah menjemput. kami berangkat menuju tempat tes yang lumayan jauh . Aku hanya menelan sepotong brownies untuk mengganjal perutku agar tidak berdemo . Sesampainya di tempat ujian, kami berpisah . Aku berada di gedung I semntara adikku di gedung J . Ruangan itu kurasakan saangat dingin. Keempat AC dalam ruangan itu semua dalam keadaan ON . Aku merasa badanku mulai tak enak , kepala ku terasa begitu berat , dan perut ku seperti di remas remas . Alhasil, belum setengah perjalanan mengerjakan soal, aku memuntahkan semua isi perut ku . Badanku begitu lemas dan tak sanggup lagi digerakkan, apalagi untuk melanjutkan tes ini. Aku dipapah keluar ruangan oleh salah seorang pengawas. Aku beristiraht di bawah tangga sambil menunggu bel tanda selesai tes berbunyi .
Aku merasa kecewa, kecewa pada diriku sendiri.Kupandang langit biru yang tertutupi gumpalan awan putih, membayangkan wajah ibuku disana . Bagaimana jika akhirnya aku tidak lulus, betapa kecewanya ibu padaku. Aku hanya pasrah dan ikhlas dengan apa yang terjadi saat ini dan nanti. Semangat yang tadi begitu deras kini lenyap entah kemana .
Sebulan setelah hari kami mengikuti ujian SNMPTN. Sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh ribuan calon mahasiswa , “Pengumuman”. Aku dan adik ku dinyatakan lulus di universitas yang masing masing kami inginkan . Aku mendapat kesempatan kuliah di Universitas Sriwijaya, dan adik ku di Universitas Gajah Mada . Sebuah mukjizat untuk kami berdua . Dan aku rasakan semua itu berkat doa dari ibuku. Ibu terlihat begitu bangga dan bahagia . Tampak dari ekspresinya meluapkan kebahagian dengan menghubungi kerabat terdekat dan teman temanya untuk berbagi sedikit kebahagianya saat itu juga .
Kebahagian kami semakin lengkap ketika dua bulan kemudian, kakak perempuan ku di wisuda . Dia mendapatkan predikat cumbloud dengan ipk tertinggi dari Universitasnya . Tidak butuh waktu lama, belum genap sebulan ia menyandang gelar sarjana , ia diterima bekerja di bank dengan persaingan yang sangat ketat . Lagi – lagi, Allah membuka jalan – Nya untuk kami sekeluarga , sedikit demi sedikit.
Kini, sudah hampir enam bulan aku berpisah dengan ibu dan saudaraku . Seseuatu yanng sebelumnya tidak pernah aku bayangkan , berpisah dari ibu dan saudara saudara yang aku cintai melebihi cintaku pada diriku sendiri . Sesuatu yang kurasa teramat berat ketika minggu2 pertama aku berada disini , namun semakin lama hal itu dapat ku atasi . Semoga Sang Maha Pengasih tetap menjaga mereka dalam lindungan –Nya , amin .
Sekarang, aku jauh lebih mandiri daripada “aku” enam bulan yang lalu . Aku yang belum bisa mencuci baju bahkan pakaian dalam ku sendiri, aku yang belum bisa menggoreng telur, aku yang belum bisa menggosok bajuku , aku yang pemalas , aku yang hanya tau makan, tidur, dan bermain, dan aku aku lainya . Aku bersyukur untuk semua perubahan itu . Aku bersyukur atas doa yang terus mengallir dari bibir ibuku dan tentunya Allah yang senantiasa tak lepas mengasihi ku .
Kau tahu sobat, ku buka sedikit rahasia ku . Dikamar kos ku yang tidak terlalu lebar dan berantakan , aku menempelkan secarik kertas di dinding kamarku yang bertulis ,. “ Tidak ada pilihan lain selain sukses” . kata kata ini yang membuatku selalu termotivasi untuk belajar dan terus belajar disini . Mungkin itu juga yang membawaku memperoleh beasiswa di universitas ini dan memperoleh ipk yang`aku harapkan . Walau belum menjadi orang yang sukses benar seperti yang ibuku harapkan , tapi aku bersyukur atas satu hal , saat ibuku berkata “ kalian telah sukses membahagiakan ibu sampai saat ini “ . Dan kau tahu ? saat itu , aku merasa menjadi anak yang paling bahagia di dunia ini, karena dapat membuat ibu ku tersenyum lebar dan melupakan rasa perih yang pernah menganga lebar di hati nya . love you mom :)
8 komentar:
kak franz,iffa tuh adek kelas shinta bukan kak yang di smanli?
iya.. sekarang jadi adek tingkat saya di Unsri. :)
iffa fk jugo kak?
kan dy punyo kembaran ida namonyo..
oh ya . . . ?? lg dimano dek?
bukan.. dia bukan fk. ^^.
kan yang iffa ceritokan di tulisan ini kembaran dy si ida kak yang kuliah di ugm..susah ngebedainnyo kak,miiriiipp..hehe dulu shin kenal adek kakak nih di KIR smanli..kalo ketemu iffah slm dr shinta yo kak..
kak,kakak tau smanli sm smanda skrg dak boleh saling ngikutin lomba? (kok jadi ngegosip y?) haha..
kk jg agak bingung kok biso adek kk ikut SNMPTN bareng. kk pikir adeknyo aksel.hahaha.dtwnyo kembar...
ada kabar kabar cak itu emang... emang napo cak itu nian?? hahaha... rohisnyo masih boleh lah caknyo... hahahahahaa.
aneh aneh aja deh skrg.... kayanya zaman kk masih lebih adem generasinya.
kalo dak salah shin sih kak,salah 1 diantara kembaran itu ad yg anak debat..nah yg itu agak bawel..itu yg ngebedainnyo klo dak salah hehe..
gara-gara adegan pelemparan batu ke smanli kak..terus kena palak anak org ampe msk rumah sakit..sjk saat itu ado peraturan dak bole saling tanding..
rohis berkembang pesat kak malahan :D
sejak zaman shinta udah panas kak haha
wah,, gara gara apa tuh pake acara lempar batu segala???
jadi skrg masih ga boleh tanding2an... misal acaranya cukup bergengsi... siapa dong ya boleh ikut? tergantung saiap yang daftar??
Posting Komentar