Pada awal stase radiologi, salah satu kesulitan yang saya alami terkait terminologi. Banyak terminologi yang terkenal di radiologi tapi masih sangat asing ditelinga kita sebagai koass baru, berikut saya copy materi dari salah satu sumber dan cukup membantu memecahkan masalah bila teman-teman memiliki kesulitan serupa dengan yang saya alami.
JENIS-JENIS RADIODIAGNOSTIK
1. Radiografi Konvensional
Sinar X merupakan bagian dari spektrum elektomagnetik, dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh-oleh elektron-elektron bebas dari suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh pergerakan elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan menampilkan film radiografik.
Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan tampak berwarna putih. Udara paling sedikit mnyerap radiasi, menyebabkan pajanan pada film maksimal, sehingga film tampak berwarna hitam. Diantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan jaringan sangat berbeda-beda menghasilkan citra dalam skala abu-abu (grey scale). Film polos bermanfaat untuk: Dada, abdomen, sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi, penyakit degeneratif, metabolik dan metatstatik.
a. Hiperradiolusen : udara bebas
b. Radiolusen : Paru normal, lemak
c. Intermediate : Soft tissue/ cairan, jantung,hepar, gnjal, ascites, urine, darah, dsb.
d. Radiopak : Ca-density / Bone density, tulang perkapuran.
e. Hyperradiopak : Metal density, logam
Contoh gambar Foto X- Ray :2. CT Scan
Pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan dapat mendeteksi kelainan – kelainan seperti perdarahan otak, tumor otak, kelainan – kelainan tulang, kelainan di rongga dada & rongga perut dan khususnya mendeteksi kelainan pembuluh darah jantung (koroner) dan pembuluh darah umumnya (seperti penyempitan pembuluh darah ginjal, dll) Lama pemeriksaan mulai dari beberapa detik sampai 2 jam.
CT Scan menggunakan sinar X tetapi saat ekspos sinar tidak langsung mngenai film tetapi ditangkap oleh detektor diteruskan ke komputer monitor lalu ke printer. Ukuran gambar (piksel) yang didapat pada CT Scan adalah Radiodensitas ukuran tersebut menggunakan skala Houndsfield Unit (HU). HU sendiri adalah pengukuran densitas jaringan.
Jaringan | HU | Warna |
UdaraLemakLCSOtakDarahTulang | -1000-100030+100+1000 | Hitam ↓↓↓Hitam ↓↓Hitam ↓Abu-abu (-)Putih ↑↑Putih ↑↑↑ |
a. Isodens : Jaringan Otak Normal
b. Hipodens : Abses otak, infark
c. Hiperdens : perdarahan Otak
3. MRI (Magnetik Resonansi Imaging) MRI atau Magnetic Resonance Imaging menggunakan medan magnit dan frekuensi radio, jadi tidak mengionisasi jaringan, tidak ada efek biologik. Memakai istilah isointens, hipointens, hiperintens, kekuatan magnit disebut dengan satuan TESLA (1 Tesla= 10.000 Gauss). MRI adalah suatu alat diagnostik teknologi tinggi yang digunakan untuk membuat visualisasi dari penampang tubuh manusia.
Pemeriksaan MRI memakai prinsip magnetik, tidak menggunakan sinar X (tidak ada radiasi). Melalui pemeriksaan ini dapat mendeteksi kelainan – kelainan saraf & jaringan lunak seperti pada keluhan: sakit/nyeri kepala, sakit daerah punggung, pinggang, nyeri/bengkak daerah persendian, kelainan payudara, kelainan pembuluh darah, kelainan pada abdomen (perut), dll. Lama pemeriksaan 20 menit – 1.5 jam.
MRI memberikan hasil yang diperlukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosa atas penyakit yang diderita oleh pasien dan juga menentukan rencana pengobatan yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit yang diderita oleh pasien.
- Tidak menggunakan sinar X,
- Tidak Merusak Kesehatan pada penggunaan
yang tepat,
- Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat
kontras,
- Detail anatomis yang sangat baik terutama
pada jaringan lunak,
- Dapat memperlihatkan pembuluh darah
tanpa kontras : Magnetic resonansi
angiography (MRA).
b. Kerugian menggunakan MRI- Biaya operasional mahal,
- Citra yang kurang baik pada lapangan paru,
- MRI lebih sulit ditoleransi dengan waktu
pemeriksaan yang lebih lama
dibandingkan CT scan,
- Kontra indikasi pada pasien yang
mengunakan pacemaker, benda asing logam
pada mata dan penggunaan protesa logam.
4. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara/ultrasound untuk mendeteksi kelainan – kelainan di organ perut (hati, kandung empedu, limpa, ginjal, dll), payudara, kandungan, kehamilan, pembuluh darah, dll. Khususnya pada kehamilan, USG 3D/4D dapat melihat rupa janin seperti sebuah foto dan dapat melihat gerakan bayi yang dapat direkam dalam CD. Untuk payudara, USG biasanya dipakai untuk skrinning benjolan/keluhan pada wanita – wanita usia < 35 tahun atau sebagai pemeriksaan pelengkap dan atau lanjutan setelah dilakukan mammografi pada wanita usia > 35 tahun.
Contoh Foto USG pada ginjal (tanda panah : batu ginjal)
Terminology yang sering dijumpai pada ultrasonografi antara lain:
· Isoechoic atau normoechoic, misalnya untuk
hepar, lien, atau ginjal yang normal.
· Hypoechoic atau echopoor atau echoluscent,
misalnya abses hepar dan tumor uterus.
· Hyperechoic atau echorich atau echodens,
misalnya batu ginjal dan adanya kalsifikasi di
suatu jaringan.
· Unechoic atau echofree (hitam), misalnya
urine, ascites dan darah.
Pemeriksaan ultrasonografi biasanya ditujukan untuk kepala bayi, tiroid, mammae, jantung, organ abdomen, kebidanan dan kandungan serta pada tulang.5. Media Kontras
Media kontras merupakan zat yang membantu visualisasi beberapa struktur selama melakukan beberapa teknik pemeriksaan radiodiagnostik, bekerja berdasarkan prinsip penyerapan sinar X, sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada pasien. Zat kontras yang paling sering digunakan adalah barium sulfat yang dapat memperlihatkan bentuk saluran pencernaan dan sediaan iodine organic yang banyak digunakan secara intravena pada CT untuk memperjelas gambaran vaskuler dan berbagai organ. Agen-agen kontras juga dapat digunakan pada lokasi tertentu, misalnya:
· Arteriografi pada sistem arterial
· Venografi pada sistem vena
· Mielografi pada teka spinalis
· Kolangiografi pada sistem bilier
· Artrografi pada persendian
· Histerosalpingografi pada uterus dan
· Sialografi pada kelenjar saliva.
ANATOMI OTAK CT–SCAN / MRI (MAGNETIK RESONANSI IMAGING)
1. Potongan Sagital Otak MRI:
2. Potongan Coronal Otak MRI
3. Potongan Axial Otak MRI
Keterangan gambar:
1. Sinus Sagital sup.3. Lobus Frontal4. Lobus Parietal13. Ventrikel Lateral16. Corpus Callosum17. A. Serebri Media20. Foramen Monro22. Ventrikel III23. Sinus Frontal31. Aqueduct Serebri43. Arteri Basiler | 44. Ventrikel IV45. Cerebellum48. Pons50. Sinus Sphenoid52. Medulla55. Sinus Sigmoid63. Lidah67. Fornix72. Thalamus73. A. Meningeal |
HASIL FOTO CT SCAN DAN MRI
Gambaran hasil foto ct-Scan normal yang memperlihatkan perbedaan densitas (udara, lemak, soft tissue dan tulang)
Hasil foto Kepala normal MRI dengan menggunakan Proton Density (PD), T1-weighted, T2 dan MRA
Hasil foto ct- scan dan MRI tanpa kontras (-) dan dengan menggunakan kontrast (+) pada tumor kepala
Hasil foto MRA pada kelaianan pembuluh darah “arteriouvenous malformation” dan MRA Aneurisma
Perbedaan hasil foto Ct scan dan MRI pada pasien yang sama
Gambar Kiri: CT-Scan memperlihatkan beberapa Metastase dan gambar Kanan: Gambar MRI memperlihatkan Lesi pada Hipokampus
GAMBARAN UMUM STROKE
1. Defenisi
Menurut Who Monica (Monitoring Trends and Determinants in Cardiovascular Disease Project stroke adalah manifestasi kllinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan maut, tanpa ditemukan penyebab selain dari pada gangguan vaskuler.
2. KlasifikasiMenurut Neurological Institute, stroke dibagi atas etiologi:
a. Stroke Iskemik atau Infark (Non Hemorrahagic Stroke) karena :
- Trombosis
- Emboli
b. Stroke Perdarahan (Hemorrhagic Stroke) yang terdiri dari:- Perdarahan Intraserebral
- Perdarahan Sub Arachnoid
3. Vaskularisasi Otak Otak tidak mempunyai cadangan energi, sehinga kebutuhan energi otak sangat ditentukan oleh suplai energi lewat aliran darah sistemik. Suplai darah pada otak lewat sepasang arteri karotis interna dan vertebralis, yang membentuk sistem sirkulus willisi di dasar otak.
4. Patofisiologi
Pada stroke iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur pendukungnya, sedangkan pada stroke hemoragik gejala-gejala klinik yang timbul semata- mata karena kerusakan sel akibat proses hemolisis darah yang keluar dari pembuluh darah otak yang pecah merembes ke massa otak sekitarnya.
GAMBARAN CT SCAN KEPALA PENDERITA STROKE ISKEMIK / INFARK.4. Patofisiologi
Pada stroke iskemik berkurangnya aliran darah ke otak menyebabkan hipoksemia daerah regional otak dan menimbulkan reaksi-reaksi berantai yang berakhir dengan kematian sel-sel otak dan unsur pendukungnya, sedangkan pada stroke hemoragik gejala-gejala klinik yang timbul semata- mata karena kerusakan sel akibat proses hemolisis darah yang keluar dari pembuluh darah otak yang pecah merembes ke massa otak sekitarnya.
Pada beberapa kasus, bisa ditemukan area otak tidak menunjukkan abnormalitas pada beberapa jam awal stroke, kemungkinan region yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan dengan menggunakan CT Scan atau karena bagian dari otak (brainstem, cerebellum) dengan menggunakan CT Scan tidak menunjukkan bayangan yang jelas. CT Scan menunjukkan nilai positif pada stroke iskemik pada beberapa pasien dengan serangan stroke sedang sampai dengan berat setelah 2-7 hari serangan akan tetapi tanda-tanda iskemik sulit didapatkan pada 3-6 jam kejadian. Tanda-tanda infark pada CT Scan yaitu terdapat area hypodens focal, pada cortical, sub cortical, Attenuasi daerah infark berkurang (10-25 HU).
GAMBARAN CT- SCAN HAEMORAGIK STROKE
Gambaran Ct Scan yang tipikal pada Perdarahan Intra serebral memperlihatkan suatu area bulat, oval atau tidak teratur tergantung lokasi dan ukurannya, batas tegas dengan peningkatan attennuasi (35-80 HU). Ukurannya bervariasi dari beberapa mm sampai lebih 500 mm persegi. Haemoragik memperlihatkan bayangan hyperdens pada gray / white matter. Pada perdarahan Sub Arachnoid Ct Scan memperlihatkan gumpalan atau lapisan darah tipis yang hyperdens juga terlihat pada sulci hemisfer.
CONTOH KASUS:
Nama : Mr XX
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Makassar
Diagnosis Klinis : Hemiparese sinistra susp. NHSHasil Foto CT – Scan:
- Tampak Hipodens pada ganglia basalis kanan
- Sulci dan Gyrus dalam batas Normal
- Tidak Tampak midline shift
- Sistem Ventrikel dan subarachnoid dalam
batas normal
- Kalsifikasi fisiologis pada pineal body dan
pleksus choroideus
- Tulang-tulang yang terscan intak
KESAN :- Infark Serebri Dextra,
RENCANA INTERVENSI FISIOTERAPI
Penekanannya adalah pada contributing factor (impairment) yang mengakibatkan terjadinya gangguan aktivitas fungsional dalam list of problem.
Dibuat tujuan intervensi fisioterapi yang meliputi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Harus terukur/measurable sehingga dapat dievaluasi, achievable dan realistis serta secara fungsional sangat berarti bagi pasien/klien harus disertai:
Cara pencapaian tujuan
Alokasi waktu pencapaian
Kondisi-kondisi seputar pasien dan lingkungan yang memungkinkan tujuan tersebut dapat dicapai
KESIMPULAN DAN SARAN1. Radiodiagnostik merupakan pemeriksaan yang sangat menunjang untuk menegakkan diagnostik suatu penyakit termasuk profesi Fisioterapi dan bisa digunakan untuk mengetahui suatu kondisi apakah sesuai dengan modalitas yang digunakan.
2. Pengetahuan ilmu Radiodiagnostik terutama yang berhubungan erat dengan kondisi-kondisi yang ditangani Fisioterapi sebaiknya semakin ditingkatkan.
Literatur:
0 komentar:
Posting Komentar