Kamis, 27 Desember 2012

SINGKIRKAN SPEKTRUM SEMPIT KEPEMIMPINAN



Oleh : Franz Sinatra Yoga*

Hampir satu bulan yang lalu saya menerima sms dari sejawat saya di Aceh, Supri, yang juga menjabat sebagai pemimpin BEM di kampusnya berada. Isinya cukup lugas, mengajak saya berbagi tentang kepemimpinan. Pokok yang cukup menarik dan tidak ada habisnya untuk dibicarakan. 

Kepemimpinan sendiri memiliki banyak gradasi. Dari tingkat unit pelaksana hingga tingkatan sistem. Sebelum kita membahas ini lebih jauh, saya ingin anda menyebutkan salah satu pemimpin di lingkungan tempat anda tinggal? (jawablah terlebih dahulu sebelum melanjutkan membaca). Sebagian besar yang saya tanya menjawab seseorang yang memimpin organisasi, sebuah departemen, dan sebagainya. Hampir semua jawaban tekait dengan sebuah posisi formal yang terstruktur. Hal ini merupakan kepemimpinan yang kita sebut “posisi”. Dan tidak sedikit dari yang menjawab tadi mengidolakan posisi pemimpin yang disebutnya.
Tentu tak bisa kita pungkiri peran pemimpin sangat penting dalam dinamika kampus. Karena itulah muncul pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Sebut saja di institusi teman-teman fakultas kedokteran, kita kenal LKMM lokal. Di tingkat wilayah ada LKMM wilayah dan di Nasional ada LKMM Nasional. Tentu banyak istilah-istilah lain untuk pelatihan sejenis. Pelatihan tersebut merupakan salah satu cara formal dalam membangun jiwa-jiwa pemimpin di generasi penerus. Tapi, jangan dijadikan kambing hitam untuk mencetak pemimpin. LKMM itu hanya event ataupun momentum, yang harus dimanfaatkan dengan baik, akan tetapi tentu membutuhkan usaha tambahan yang lebih keras, baik pendampingan, diskusi rutin, fasilitasi, dan lainnya.
Dalam praktiknya, John Maxwell menyebut ada lima tingkat Kepemimpinan, antara lain: Tingkat pertama bernama Posisi. Orang mengikuti sang pemimpin tak lain karena posisi pemimpin tersebut dalam struktur organisasi. Anggota bertindak karena harus melakukan tindakan tersebut. Alhasil pengaruh sang pemimpin tidak akan melampaui batasan-batasan deskripsi pekerjaan.
Tingkat kedua disebut Hubungan. Orang mengikuti sang pemimpin lantaran mereka ingin melakukan tindakan itu. Tindakan anggota sudah tidak terbatas pada deskripsi pekerjaan semata. Anggota mengerjakan sesuatu dari pemimpin karena merasa senang dan nyaman. Hanya saja jika ini terjadi terus menerus anggota dengan motivasi dan kreativitas tinggi akan menjadi gelisah dan berujung pada kekecewaan.
Tingkat ketiga dinamakan Hasil. Orang mengikuti sang pemimpin karena apa yang telah dilakukan pemimpin untuk organisasi tersebut. Hasil karya pemimpin diapresiasi anak buah. Mereka menyukai pemimpin dan apa saja yang sedang dikerjakan pemimpin. Tingkat tiga ini memberi landasan kokoh bagi sang pemimpin untuk meraih hasil optimal pada apa yang telah direncanakan.
Tingkat keempat, Pengembangan Anggota. Intinya anggota mengikuti sang pemimpin lantaran apa yang telah pemimpin lakukan untuk mereka. Komitmen pemimpin untuk memberi ruang bagi anggota mengembangkan bakat akan berdampak pada keberhasilan organisasi dalam jangka panjang. Anggota didesain untuk menjadi pemimpin baru yang kelak akan mengganti sang pemimpin.
Tingkat paling tinggi, kelima dinamakan Respek. Anggota mengikuti sang pemimpin karena siapa diri sang pemimpin dan apa yang pemimpin representasikan. Tingkat ini terjadi karena komitmen tanpa jeda yang dilakukan sang pemimpin untuk mengembangkan anggota dan organisasinya. Tingkatan kelima ini bisa disebut sebagai pemimpin inspirational, dimana para pengikut atau anak buah merasa terinspirasi dari sosok sang idola atau pemimpinya, model pemimpin inspirational akan berdaya tahan lama.
Seperti pertanyaan awal saya tadi. sebutkan salah satu pemimpin di lingkungan tempat anda tinggal? Tingkat kepemimpinan pertama bernama Posisi adalah makna tersurat yang menjadi sebagian besar jawaban. Memang seperti itulah sebagian pemikiran mahasiswa tentang “pemimpin”. Jawaban tersebut terbilang wajar terlontar karena  dalam kehidupan akademis kita lebih condong terpapar dengan kepemimpinan formal. Hal ini tentu ada baik dan buruknya.
Hal terburuk yang sering terjadi dan paling tidak saya sukai adalah bahwa hal ini menguatkan paradigma seseorang bahwa dirinya bukanlah seorang pemimpin. Yang mereka tahu pemimpin itu adalah ketua atau presiden direktur, lantas bagaimana dengan CEO, Manager, Owner, bahkan kita. Ingatlah, kita adalah pemimpin, minimal bagi diri kita sendiri. Sehingga seringkali rasa tanggung jawab hanya milik menjadi pemimpin formal. Padahal pemimpin bukanlah suatu yang ditentukan oleh sebuah posisi formal. Hal ini Menunjukkan bahwa masih terdapat spekturm sempit tentang kepemimpinan bagi kebanyakan mahasiswa, apalagi masyarakat. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama menrekonstruksi pandangan kita tentang pemimpin, sehingga tidak terjebak didalam spectrum yang sempit.
Untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari posisi dimana anda berdiri tentu tidaklah mudah, Ki Hajar Dewantoro memiliki jurus yang menurut saya pribadi luar biasa. “ING NGARSO SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI” (Jika berada didepan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Hal ini dapat anda lakukan bila anda memiliki posisi strategis. Mari definisikan posisi strategis yang saya maksud, posisi strategis bukanlah di posisi tertinggi, melainkan posisi yang mampu untuk menjangkau semua arah. Bila anda bayangkan segitiga sama sisi, posisi strategis adalah di tengah, dimana jara ke tiga sudut adalah sama. Sama pula halnya dengan lingkaran, posisi strategis adalah ditengah dan mampu menjangkau semua sisi dengan jarak yang sama. Istilah ini dalam hitungan matematika kita kenal dengan titik berat. Pemimpin yang baik harus mampu menempatkan posisinya secara cepat menyesuaikan dengan keadaan, dengan posisinya yang berada ditengah pemimpin dapat dengan mudah menggapai semua anggotanya dengan jarak dan akses yang sama, mampu pula untuk dicapai oleh anggotanya, tidak menimbulkan keadaan yang berat sebelah antar anggota, dengan posisi demikian maka kesinergisan akan terbentuk dengan sendirinya bahkan tanpa disadari.
Demi memebentuk jiwa kepemimpinan ideal bagi diri kita, tidak akan bisa dilakukan hanya dengan pelatihan. Sesungguhnya pemimpin yang baik itu bukan yang mampu berteori. Tetapi seseorang yang mampu memadukan teori dan praktik lapangan lalu mengemasnya dengan seni kepemimpinan sehingga semua kondisi tercipta untuk mengikuti perhitungannya. Untuk hal ini, kita semua termasuk saya, harus senantiasa berlatih. Mencoba adalah keharusan bagi kita sebagai mahasiswa, bukan keberhasilan yang menjadi keharusan bagi kita. Keberhasilan hanyalah dampak dari usaha kita dalam mencoba. Lakukan langkah pertama anda dengan menyingkirkan pemikiran spectrum sempit kepemimpinan, baru dilanjutkan dengan berbagai usaha dari yang kecil hingga yang besar. Sebagai contoh menjadi anggota yang baik adalah bentuk upaya menjadi pemimpin yang baik dikemudian hari.
“Pekerjaanmu akan menjadi bagian penting dari kehidupanmu. Satu-satunya cara untuk mencapai kepuasan adalah dengan percaya bahwa apa yang kamu kerjakan adalah pekerjaan yang hebat. Cintai apa yang kamu kerjakan. Jika kamu belum menemukannya, tetaplah cari. Jangan berhenti”. (Steve Jobs, CEO Apple, Stanford commencement speech, 2005). Carilah gaya kepemimpinan yang sesuai bagi anda, jangan mudah percaya dengan omongan orang lain selain anda dapat memastikan hal itu benar. Carilah posisi kepemimpinan yang sesuai bagi anda. Kalau belum ketemu, teruslah mencari!!.Kalau sekarang anda memiliki amanah formal sebagai seorang pemimpin, cintailah hal itu dan berikan yang terbaik yang anda punya. Begitu pula bagi yang tidak di posisi formal. Bahkan bagi anda yang saat ini hanya dalam proses memimpin diri sendiri, semoga tulisan ini jadi pecutan bagi jiwa anda untuk menjadi pemimpin super bagi diri sendiri dan setelahnya mampu memimpin orang lain dalam kebaikan. Setelah ini, berkacalah dan lihatlah pemimpin dalam diri anda setiap pagi.

* 24 Desember 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Angkatan 2008
FB : franz Sinatra yoga , Twitter : @Franz_S_Yoga, Email : franz.sinatra@yahoo.com

1 komentar:

Mahfudhdinsyah mengatakan...

dan jujur, sebagai seorang yg pernah menjadi pemimpin (formal-Red) saya merasa rugi karena telat membaca tulisan ini. salut buat sejawat seperjuangan seperiode-an (supri)dan super salut buat kk franz. satu kata, Inspiratif.

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code