Aktivis oh aktivis..
semakin menjauhi hari pertama saya ngampus, semakin banyak saya bertemu berbagai tipe aktivis. Baik yang benar-benar aktivis, atau yang menganggap dirinya aktivis karena aktif di berbagai kegiatan. Well, yang kedua belum tentu aktivis. Aktivis itu bukan babu gerakan, bukan panitia seumur hidup, bukan buat proposal-kasih ke dekanat-mengerjakan-selesai, bukan itu inti aktivitas ekstrakulikuler yang dilakukan mahasiswa. Aktivis selalu dapat mengidentifikasi "jiwa" dari aktivitas tersebut.
Sayangnya, banyak hal yang menutupi proses identifikasi "jiwa" itu. Salah satu yang paling sering adalah formalitas gerakan. Banyak punggawa-punggawa BEM terkukung oleh formalitas ini. Ironisnya, mereka tidak tahu bahwa lawan mereka sebenarnya adalah "formalitas gerakan". Tahu lawan saja tidak, bagaimana mungkin menang. Saya sangat iri mendengar cerita dosen-dosen saya tentang gerakan mereka tempo dulu sangatlah bebas, mahasiswa dan dosen bagai teman, ide mahasiswa selama tidak melanggar etika dan hukum selalu didukung (entah darimana sumber dananya), antar angkatan sangat dekat bagai kakak dan adik, setiap acara yang diadakan menggoreskan kenangan indah di memori, dan semua acara serasa bertujuan. Mereka mendapatkannya karena gerakan yang dilakukan tidaklah seformal sekarang, internal BEM saja kadang tidak saling dukung. Bagaimana menyatukan satu fakultas? apakah hal ini terjadi di kampus anda? bisa saja..
karena itu, saat ini kita perlu "informalitas gerakan" untuk merefresh semua yang ada. Kadang hal-hal sepele tapi penuh makna muncul dari kegiatan informal ini. Ingat, informalitas gerakan bukan artinya gerakan sembarangan, tetapi metodenya yang informal. Jadi tetap saja harus terstruktur. Contoh simple, untuk melakukan kaderisasi kadang sebuah bidang PSDM harus melakukan seminar yang memakan waktu berbulan bulan. Padahal dalam seminar, yang diserap peserta hanya sedikit karena seseorang hanya bisa fokus terus menerus hanya 2 jam saja, sedangkan seminar dari jam 8.00-16.00. Kenapa tidak menyiapkannya dalam waktu 1 minggu. Misalkan, menghubungi ketua kaderisasi yang lama dan meminta izin untuk berkunjung bersama teman-teman BEM ke kosan/ rumah beliau di hari libur. Jangan lupa ingatkan beliau untuk memberi sedikit materi dan BANYAK pengalaman kepada kawan-kawan kita. Mungkin hasil yang didapatkan berbeda dari seminar. Menurut anda, manakah yang lebih efisien? Sebuah formalitas atau informalitas gerakan?
Tentu prinsipnya "dima bumi dipijak, sinan langit dijunjuang". Kita harus mampu untuk melihat sikon. Kadang kita harus bersikap formal, tapi kalau banyak hal dengan cara informal bisa lebih efektif, why not? Toh kita kan MAHASISWA... agent of change!
Jumat, 18 Mei 2012
FORMALITAS GERAKAN
05.36
FRANZ SINATRA YOGA
No comments
0 komentar:
Posting Komentar