Kamis, 25 Oktober 2012

Berawal biasa Berujung cinta: Perjalanan Menuju LKMM ISMKI 2012


Cerita ini dimulai saat sharing GALAU 2 jam bersama kakak asuh di kampus Madang. Beliau sedikit bercerita tentang bagaimana serunya ketika ikut LKMM Nasional. Sayangnya saat itu, kakak asuh di GALAU sepertinya sedikit kecewa karena belum ada yang mendaftarkan diri menjadi peserta LKMM Nasional ( karena masalah perizinan kuliah dan waktu bertepatan dengan jadwal ujian blok ). Satu minggu berikutnya sebuah pesan singkat datang ke handphone, yang isinya mengenai gelombang II pendaftaran peserta LKMM Nasional.  Dengan penuh motivasi dan harap beliau menginginkan betapa saya harus mengikuti kegiatan ini. Akhirnya setelah menimbang, mengukur dan memperkirakan semuanya,  tergerak hati untuk tidak ingin mengecewakan, hanya itu pada awalnya, simple bukan? Hanya tidak ingin mengecewakan beliau yang sangat menginginkan adanya perwakilan GALAU di kegiatan tersebut, akhirnya saya putuskan untuk melirik sedikit proposal LKMM Nasional saat itu. Betapa terkejutnya ketika saya lihat berbagai macam berkas dan tugas yang perlu saya urusi untuk mengikuti kegiatan tersebut, ditambah lagi biaya administrasi yang cukup besar ( hehehe) dan waktu penyelesaian tugas yabng sempit, sempat mengurungkan niat saya untuk berpartisipasi di acara tersebut.
Bak mendapati hujan di siang bolong, datanglah satu pesan singkat lagi dari orang yang sama, beliau tetap menanyakan perihal yang sama. Dan hal ini saya anggap sebagai musibah sekaligus anugerah hahha, bagaimana tidak, kegalauan saya  menjadi bertambah dan bertambah. Namun seperti pepatah tadi, hujan yang datang di siang bolong ternyata bisa membawa anugerah atau hidayah atas hal yang mengganggu pikiran seharian penuh saat itu. Bertambah kebulatan tekad saya untuk tidak mau mengecewakan, saya putuskan untuk mengikuti kegiatan ini. Semua tugas dan berkas saya selesaikan satu per satu. Selesai semua, dan akhirnya saya siap untuk berlatih selama satu minggu disana. Namun satu hal yang membuat saya terkejut saat pertemuan pertama pra – LKMM bersama kak hadi, delegasi UNSRI tidak berjumlah sedikit, ditambah lagi dibukanya gelombang III pendaftaran peserta LKMM Nasional. Ketika tau delegasi UNSRI berjumlah 8 orang, bertambah lagi lah semangat untuk mengikiti kegiatan ini. Target utama saat itu pulang ke palembang membawa ilmu dan banyak pengalaman selama di sana.
Tiba hari keberangkatan, kami sebelumnya sudah berbagi tugas, saya mengurusi perihal tiket keberengkatan dan kepulangan, yang lain mempersiapkan berkas kelompok. Tujuh dari delapan orang, termasuk saya berangkat bersama menggunakan bis, dan itu hal pertama bagi saya pergi ke luar kota menggunakan bus tanpa keluarga ataupun orang tua. Sungguh dimulai saat itu lah banyak ilmu yang bisa dipetik, saya merasa seperti ibu saat itu ( wow :D ), yang mengatur jdwal keberangkatan, mengurusi perihal tiket, tranportasi dan mobilisasi selama perjalanan, teman – teman yang kurang sehat, karena saat itu saya membawa obat – obatan lengkap. Tapi saat itu saya merasa bahagia,  setidaknya saya mengerti bagaimana menjadi mandiri dan bagaimana berurusan dengan hal – hal yang seperti itu, merasakan yang dirasakan orang tua ketika berpergian ( heheh e :D )

Cukup membahas tentang pra –kegiatan, karena tak akan pernah ada habis – habisnya hahahha :D ). Setibanya di sana kami disambut hangat oleh para panitia, semua keliatan ramah dan bersahabat. Cerita seru hari pertama dimulai saat pembagian kamar, wuaaah semua delegasi dipisah, tidak delegasi berasal dari universitas yang sama dalam satu kamar. Dengan kebijakan seperti itu kita bisa berbaur sesama peserta dari delegasi universitas lainnya. Namun yang kami takutkan jika malah tidak sepaham dan hal lainnya yang terjadi. Begitu terkejutnya saat itu, dan saya merasa sangat beruntung karena mendapatkan teman – teman sekamar yang benar – benar solid dan tak terpisahkan. Kami penghuni kamar 13, ada ilma ( UMY), kak utami ( Trisakiti ), sandra ( UNILA), Nisa ( UGM ), ipit ( UMS ), sangat terkenal kekompakannya :D, saat itu saya yang diberi amanah sebagai PJ kamar sangat antusias dengan  teman – teman sekamar yang penuh semangat dan bervariasi. Namun anehnya tujuan dan prinsip kita selalu sama, tidak pernah beda. Semua kegiatan yang kami lakukan, dimulai dari membuka mata dan menutup mata selalu saja menjadi cerita buat kami sekarang. Cerita lucu, sedih , bahagia sampai sekarang tetap eksist di pikiran kami, selalu saja menjadi bahan perbincangan ketika kami chat atau bertemu lewat social media dari jarak yang cukup jauh seperti ini. Dan hal itu yang sangat kami rindukan, kegiatan selama 7 hari dengan teman – teman LKMM Nasional, khususnya kamar 13, tempat kami rehat dari semua kegiatan dan tempat kami berpangku untuk melepas dahaga. Pokoknya kisah kamr 13, dimulai dari “ngeputri”, “ngubang”, dan istilah – istilah yang terbentuk sendirinya di sana, tidak akan pernah terlupa :’) I DO LOVE THEM SO MUCH
            Cerita seru lainnya, yang membuat saya cinta dengan generasi ini adalah saat – saat pertama pemilihan palu dan bulu, nama generasi, dan jargonnya. Waktu itu hari pertama kegiatan, kami selesai pukul 00.00 WIB, namun satu tugas yang harus diselesaikan malam itu adalah pembuatan jargon, nama generasi dan pemilihan palu dan bulu. Rapat itu dipimpin oleh M.shaffrizal ( UISU 2010)  Betapa tidak dengan bangganya, membawa nama almamater UNSRI saya memberikan nama RENDANG ( Revolusi Nasional di Negeri Padang), lalu diganti oleh teman delegasi dari UNIB ( Gandar 2010 ) menjadi RENDANG ( Revolusi Nasioanal dari Negeri Padang ), kemudian  terakhir oleh teman delegasi UNAND ( Akbar 2011 ) menjadi RENDANG ( Revolusi Nasional dari Ranah Minang) dan forum menyetujui. Lalu pemilihan palu dan bulu, 2 calon yang diajukan forum adalah M. Shaffrizal ( UISU ) dan  Gandar Kusuma ( UNIB ), berdasarkan kesepakatan forum dan voting terpilihlah M.shaffrizal menjadi  palu. Yang membuat saya terkejut adalah, ketika pemilihan bulu, 2 calon yang diajukan forum adalah Utami ( TRISAKITI 2009 ) dan saya ( UNSRI 2011), betapa kaget sekaligus berbangga karena saat itu saya menggunakan “ jas kuning” kebanggan Universitas, lagipula saat itu UNSRI memecahkan rekor sebagai pengirim delegasi terbanyak LKMM Nasional 2012, tentu berarti UNSRI harus memberikan kontribusi lebih untuk kegiatan ini,  bukan hanya sekedar absensi atau eksistensi saja. Namun berdasarkan kesepakatan forum dan votting terpilihlah Kak Utami sebagai bulu. Tidak kecewa saat itu karena alasan usia dan pengalaman, kak tami Insya Allah lebih banyak makan asam garam dibandingkan saya yang baru angkatan 2011 dan baru mulai menitih karir di jagat nasional raya.  Jadi saat itu saya menerima dan mendukung keputusan forum J
Selama tujuh hari di sana sangat mengesankan, tidak perlu saya ceritakan kejadian setiap harinya, karena tidak akan pernah sampai endingnya ( #hiperbola heheh ). Semua rundown acara sesuai, semua kesepakatan diusahakan dijalankan bersama – sama. Saat itu saya sangat merasakan energi positif dari masing – masing delegasi untuk saling berkerja sama dan saling melengkapi. Setiap hari tidak pernah kami tidur sebelum pukul 02.00 WIB, bahkan di dua hari terakhir kami tidur pukul 04.00 WIB untk mempersiapkan persembahan dan hal lainnya, sedangkan kami harus memulai rangkaian kegiatan pukul 04.30 WIB. Sangat terasa sekali kami kekurangan waktu tidur saat itu, wajar kalau setiap materi mutlak adanya peserta yang tidur, bahkan pernah suatu ketika setengah dari peserta semua tertidur ( bisa diliat foto + video para penidur, hahaha :D ). Jadi setiap ada waktu istirahat, walaupun itu Cuma 15 menit akan sangat dimanfaatkan oleh para peserta untuk menempelkan dagu dan kepalanya di meja atau berlari bergegas ke kamar masing – masing untuk tidur ( hahahahaha  :D ), menajubkan bukan??? 
Kekeluargaan yang sangat bisa dirasakan saat itu membuat saya betah dan ingin tetap bersama mereka. Waktu tujuh hari untuk bersama dirasakan belum cukup. Namun hebatnya dalam waktu kurang dari satu minggu itu, kami seperti sudah sangat saling mengenal dan mengerti satu sama lain. Tidak ada lagi yang merasa canggung satu – sama lain. Tidak ada yang merasa dideskriminasikan, dan sebagainya. ( sesuai penglihatan saya). Semua berbaur menjadi satu, apalagi dimulai hari ketiga kami tidak lagi menggunakan almamater univeristas masing – masing. Tidak ada lagi yang merasa ingin menonjolkan almamaternya sendiri. Semua bergerak untuk satu tujuan, untuk KEMAJUAN GENERASI RENDANG. Namun bukan berarti tidak ada konflik yang terjadi selama di sana, malah generasi ini sangat diperkaya oleh konflik – konflik yang bukan masalah kecil lagi. Beruntungnya dengan konflik – konflik yang bermunculan itulah kami bisa semakin kuat. Dengan itu semua malah ikatan kami bertambah utuh dan kami menjadi lebih kokoh. Dan hal itu bagi saya sangat mengesankan. KONFLIK memperkuat IKATAN ( tentu harus disertai dengan menajemen konflik yang baik)
Terakhir yang saya akan ceritakan adalah ketika detik – detik terakhir malam terkahir kepulangan kami. Rangkain kegiatan resmi telah usai, saatnya acara persembahan dan firewall, subhanallah, dengan persiapan seadanya dan pengorbanan yang ada, kami bisa mempersembahkan yang terbaik dari kami. Sebuah drama komedi unik yang tidak terkonsep secara holistic, malah memberikan tampilan yang sangat apik. Semua delegasi ikut ambil bagian dalam persembahan ini. Di sana kami melihat semua panitia terhibur, dan hal itu sudah sangat melegakan untuk kami. Latihan seadanya dalam kurun waktu yang singkat dan pengorbanan jam tidur, memberikan kesan tersendiri saat malam itu. Firewall dilanjutkan persembahan dari para panitia dan bersamaan itulah kami meneteskan air mata. Mengingat hal – hal yang bisa dikenang selama berada di sana, memikirkan betapa cepat waktu berlalu dan kami harus kembali ke kota kami masing – masing, melakukan aktivitas seperti biasanya dan meninggalkan semua cerita cita dan duka selama mengikuti rangakaian kegiatan LKMM Nasional di Sumatera Barat. Semua bersedih, sekaligus tersenyum bahagia karena kami bisa melewati tujuh hari yang berkesan dan bertemu dengan orang – orang yang mengsankan. Malam itu lah juga simbolis perpisahan dimulai, semua terharu, begitupula kami, penghuni kamar 13, semua berpelukan, dan berkesah bahwa “ saya senang bertemu dan mengenal dirimu sobat, tetap jaga hubungan ini sampai kapanpun, we are forever” 
Satu bulan berlalu tak terasa, mata masih saja berkaca – kaca ketika merindukan dan mengenang masa – masa itu, sekalipun saat ini, ketika saya menulis essay ini, begitu supernya kekuatan generasi RENDANG. Semoga hubungan ini tetap terjaga dan generasi ini tetap kokoh seperti saat tujuh hari di karantina. Sebuah cerita sedehana, cerita kecil selama di sana, yang Bermula dari perasaan yang tidak ingin mngecewakan dan akhrinya berujung cinta, begitulah saya menjelaskan kisah ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code