Cerita
ini dimulai saat sharing GALAU 2 jam bersama kakak asuh di kampus Madang.
Beliau sedikit bercerita tentang bagaimana serunya ketika ikut LKMM Nasional.
Sayangnya saat itu, kakak asuh di GALAU sepertinya sedikit kecewa karena belum
ada yang mendaftarkan diri menjadi peserta LKMM Nasional ( karena masalah
perizinan kuliah dan waktu bertepatan dengan jadwal ujian blok ). Satu minggu
berikutnya sebuah pesan singkat datang ke handphone,
yang isinya mengenai gelombang II pendaftaran peserta LKMM Nasional. Dengan penuh motivasi dan harap beliau
menginginkan betapa saya harus mengikuti kegiatan ini. Akhirnya setelah
menimbang, mengukur dan memperkirakan semuanya, tergerak hati untuk tidak ingin mengecewakan,
hanya itu pada awalnya, simple bukan?
Hanya tidak ingin mengecewakan beliau yang sangat menginginkan adanya
perwakilan GALAU di kegiatan tersebut, akhirnya saya putuskan untuk melirik
sedikit proposal LKMM Nasional saat itu. Betapa terkejutnya ketika saya lihat
berbagai macam berkas dan tugas yang perlu saya urusi untuk mengikuti kegiatan
tersebut, ditambah lagi biaya administrasi yang cukup besar ( hehehe) dan waktu
penyelesaian tugas yabng sempit, sempat mengurungkan niat saya untuk
berpartisipasi di acara tersebut.
Bak
mendapati hujan di siang bolong, datanglah satu pesan singkat lagi dari orang
yang sama, beliau tetap menanyakan perihal yang sama. Dan hal ini saya anggap
sebagai musibah sekaligus anugerah hahha, bagaimana tidak, kegalauan saya menjadi bertambah dan bertambah. Namun seperti
pepatah tadi, hujan yang datang di siang bolong ternyata bisa membawa anugerah
atau hidayah atas hal yang mengganggu pikiran seharian penuh saat itu.
Bertambah kebulatan tekad saya untuk tidak mau mengecewakan, saya putuskan
untuk mengikuti kegiatan ini. Semua tugas dan berkas saya selesaikan satu per
satu. Selesai semua, dan akhirnya saya siap untuk berlatih selama satu minggu
disana. Namun satu hal yang membuat saya terkejut saat pertemuan pertama pra –
LKMM bersama kak hadi, delegasi UNSRI tidak berjumlah sedikit, ditambah lagi
dibukanya gelombang III pendaftaran peserta LKMM Nasional. Ketika tau delegasi
UNSRI berjumlah 8 orang, bertambah lagi lah semangat untuk mengikiti kegiatan
ini. Target utama saat itu pulang ke palembang membawa ilmu dan banyak
pengalaman selama di sana.
Tiba
hari keberangkatan, kami sebelumnya sudah berbagi tugas, saya mengurusi perihal
tiket keberengkatan dan kepulangan, yang lain mempersiapkan berkas kelompok.
Tujuh dari delapan orang, termasuk saya berangkat bersama menggunakan bis, dan
itu hal pertama bagi saya pergi ke luar kota menggunakan bus tanpa keluarga
ataupun orang tua. Sungguh dimulai saat itu lah banyak ilmu yang bisa dipetik,
saya merasa seperti ibu saat itu ( wow :D ), yang mengatur jdwal keberangkatan,
mengurusi perihal tiket, tranportasi dan mobilisasi selama perjalanan, teman –
teman yang kurang sehat, karena saat itu saya membawa obat – obatan lengkap.
Tapi saat itu saya merasa bahagia, setidaknya
saya mengerti bagaimana menjadi mandiri dan bagaimana berurusan dengan hal –
hal yang seperti itu, merasakan yang dirasakan orang tua ketika berpergian (
heheh e :D )


Selama
tujuh hari di sana sangat mengesankan, tidak perlu saya ceritakan kejadian
setiap harinya, karena tidak akan pernah sampai endingnya ( #hiperbola heheh ).
Semua rundown acara sesuai, semua kesepakatan diusahakan dijalankan bersama –
sama. Saat itu saya sangat merasakan energi positif dari masing – masing
delegasi untuk saling berkerja sama dan saling melengkapi. Setiap hari tidak
pernah kami tidur sebelum pukul 02.00 WIB, bahkan di dua hari terakhir kami
tidur pukul 04.00 WIB untk mempersiapkan persembahan dan hal lainnya, sedangkan
kami harus memulai rangkaian kegiatan pukul 04.30 WIB. Sangat terasa sekali kami
kekurangan waktu tidur saat itu, wajar kalau setiap materi mutlak adanya
peserta yang tidur, bahkan pernah suatu ketika setengah dari peserta semua
tertidur ( bisa diliat foto + video para penidur, hahaha :D ). Jadi setiap ada
waktu istirahat, walaupun itu Cuma 15 menit akan sangat dimanfaatkan oleh para
peserta untuk menempelkan dagu dan kepalanya di meja atau berlari bergegas ke
kamar masing – masing untuk tidur ( hahahahaha
:D ), menajubkan bukan???
Kekeluargaan
yang sangat bisa dirasakan saat itu membuat saya betah dan ingin tetap bersama
mereka. Waktu tujuh hari untuk bersama dirasakan belum cukup. Namun hebatnya
dalam waktu kurang dari satu minggu itu, kami seperti sudah sangat saling
mengenal dan mengerti satu sama lain. Tidak ada lagi yang merasa canggung satu
– sama lain. Tidak ada yang merasa dideskriminasikan, dan sebagainya. ( sesuai
penglihatan saya). Semua berbaur menjadi satu, apalagi dimulai hari ketiga kami
tidak lagi menggunakan almamater univeristas masing – masing. Tidak ada lagi
yang merasa ingin menonjolkan almamaternya sendiri. Semua bergerak untuk satu
tujuan, untuk KEMAJUAN GENERASI RENDANG. Namun bukan berarti tidak ada konflik
yang terjadi selama di sana, malah generasi ini sangat diperkaya oleh konflik –
konflik yang bukan masalah kecil lagi. Beruntungnya dengan konflik – konflik
yang bermunculan itulah kami bisa semakin kuat. Dengan itu semua malah ikatan
kami bertambah utuh dan kami menjadi lebih kokoh. Dan hal itu bagi saya sangat
mengesankan. KONFLIK memperkuat IKATAN (
tentu harus disertai dengan menajemen konflik yang baik)
Terakhir
yang saya akan ceritakan adalah ketika detik – detik terakhir malam terkahir
kepulangan kami. Rangkain kegiatan resmi telah usai, saatnya acara persembahan
dan firewall, subhanallah, dengan persiapan seadanya dan pengorbanan yang ada,
kami bisa mempersembahkan yang terbaik dari kami. Sebuah drama komedi unik yang
tidak terkonsep secara holistic, malah memberikan tampilan yang sangat apik.
Semua delegasi ikut ambil bagian dalam persembahan ini. Di sana kami melihat
semua panitia terhibur, dan hal itu sudah sangat melegakan untuk kami. Latihan
seadanya dalam kurun waktu yang singkat dan pengorbanan jam tidur, memberikan
kesan tersendiri saat malam itu. Firewall dilanjutkan persembahan dari para panitia
dan bersamaan itulah kami meneteskan air mata. Mengingat hal – hal yang bisa
dikenang selama berada di sana, memikirkan betapa cepat waktu berlalu dan kami
harus kembali ke kota kami masing – masing, melakukan aktivitas seperti
biasanya dan meninggalkan semua cerita cita dan duka selama mengikuti
rangakaian kegiatan LKMM Nasional di Sumatera Barat. Semua bersedih, sekaligus
tersenyum bahagia karena kami bisa melewati tujuh hari yang berkesan dan
bertemu dengan orang – orang yang mengsankan. Malam itu lah juga simbolis
perpisahan dimulai, semua terharu, begitupula kami, penghuni kamar 13, semua
berpelukan, dan berkesah bahwa “ saya
senang bertemu dan mengenal dirimu sobat, tetap jaga hubungan ini sampai
kapanpun, we are forever”
Satu
bulan berlalu tak terasa, mata masih saja berkaca – kaca ketika merindukan dan
mengenang masa – masa itu, sekalipun saat ini, ketika saya menulis essay ini,
begitu supernya kekuatan generasi RENDANG. Semoga hubungan ini tetap terjaga
dan generasi ini tetap kokoh seperti saat tujuh hari di karantina. Sebuah
cerita sedehana, cerita kecil selama di sana, yang Bermula dari perasaan yang tidak ingin mngecewakan dan akhrinya
berujung cinta, begitulah saya menjelaskan kisah ini.
0 komentar:
Posting Komentar