Mahasiswa selalu identik dengan kegiatan kampus, baik akademik maupun non akademik. Untuk urusan akademik seorang mahasiswa sibuk ya sebuah keniscayaan. Sedangkan untuk urusan non akademik, mahasiswa- apalagi mahasiswa kedokteran- sibuk merupakan pemandangan dalam kategori kadang biasa saja, bahkan menjadi luar biasa. Kegiatan non-akademik sangat banyak tipenya, hal inilah yang mendorong terciptanya badan (semi)otonom yang menampung minat dari mahasiswa.
Minat mahasiswa pun sangat beragam, selama saya kuliah hampir 4 tahun, saya banyak menemui beragam prestasi yg timbul karena diiringi minat yang besar. Akan tetapi, jarang yang saya temui orang dengan minat dan kemampuan yang merata disetiap bidang. Contohnya tidak susah, seperti saya, dari segi minat saya memang lebih suka tulis menulis. Minat di bidang lain memang ada contohnya di bidang olahraga, akan tetapi hanya sebatas penonton-kadang pun tidak sempat menonton walau ingin. Sangat wajar bagi saya bila tak menorehkan prestasi di bidang tersebut. Dan rasanya sayapun tidak bisa dipaksa untuk memiliki minat secara instan terhadap olahraga. Begitupun sebaliknya, bila orang lain yang suka olahraga dipaksa untuk ikut karya tulis, jangankan prestasi-minat pun belum tentu. empat tahun saya disini, saya banyak belajar bahwa setiap diri manusia itu unik. KeUNIKAn itulah yang mewarnai hidup kita, karena itu jangan pernah paksa seseorang mengikuti apa yang menurut kita benar. Tugas kita tidak pernah dituntut hingga taraf "memaksa". Karena yang benar menurut kita, belum tentu benar dimata orang lain. Ingatlah, Jika anda masih ingin memaksa, paksalah diri anda untuk "membuka pikiran". =D
Seperti yang saya katakan sebelumnya, sangat unik!! pada semester 1-4 minat-minat kami para mahasiswa tersalur langsung ke badan yang ada di fakultas mengingat saat semester 3-4 adalah masa menjadi pengurus. Akan tetapi setelah memasuki semester 5-6-7, kami pensiun. Akan tetapi minat yang dimiliki mahasiswa bukannya mengendor, malah elasi. Kenyataan yang ada, minat mereka malah semakin unik, kadang saya tersenyum melihat ekspresi minat sejawat di kelas. Bisa anda bayangkan suasana pasar yang heboh dengan jualan?? bayangkan itu terjadi di kelas kami saat jam istirahat/ tidak ada dosen. SERU pokoknya. Apa saja bisa di jual dari pena, beng-beng, keripik, tempe, baju, parfum, alat kesehatan, buku, bros, jilbab, rok, pulsa, dll. Ada yang bilang fenomena ini muncul karena "profesi dokter kurang menjanjikan". "Makanya pada dagang semua". Tentu itu hanya gurauan saja. ^__^ Tak ketinggalan, sayapun sebagai teman yang baik tentu ikut serta dalam meramaikan dunia pemasaran. Banyak loh yang saya jual, buku, keripik, alat kesehatan, dan micromotor. Sampai-sampai saya jadi bahan candaan teman-teman karena jualan terus. Hehehe.
Berdagang dan Minat berdagang itu bagi sebagian kecil mahasiswa dibutuhkan (termasuk saya), bagi sebagian sedang mahasiswa menganggapnya hanya buang-buang waktu (karena itu mahasiswa adalah pasar potensial), dan bagi sebagian besar orangtua hal ini menjadi suatu kegiatan yang harus dihindari oleh anaknya. Sayapun tak luput dari ketakutan seperti ini, kenapa? intinya nasihat oangtua sangat baik. Orangtua saya berpesan sangat singkat, "lihatlah beberapa contoh yang ada saat ini, banyak mahasiswa yang kerja sambil nyari duit dengan tujuan awal yang luhur. Akan tetapi ketika seseorang sudah dapat menghasilkan uang, biasanya akan ketagihan dan kuliahnya keteteran. Alhasil, kuliah hancur..jadi orang kaya lewat bisnis juga urung". Awalnya sayapun kurang percaya, hingga melihat dengan mata kepala sendiri nasib beberapa orang yang seperti itu. Lebih sibuk nyari duit daripada menyelesaikan studinya.
Walau telah jelas ultimatum yang diberikan kedua orangtua, minat pada dunia dagang (istilah kerennya bisnis kali ye) membuat saya menemukan prinsip terpenting bagi mahasiswa yang memiliki minat serupa. "Kalau mau berbisnis / cari duit selama sekolah boleh-boleh saja, asalkan jangan mengganggu prestasi belajar". Saya tulis prestasi belajar, bukan waktu belajar. Karena waktu belajar pasti terganggu bila kita memulai bisnis. Hal terpenting bagaimana kita memanfaatkan waktu yang ada secara maksimal. Kalau ga bisa menerapkan prinsip ini, sepertinya tunda saja dulu niat anda untuk berbisnis.Setelah meyakinkan orangtua, sayapun mengantongi SIB (surat izin berbisnis).
Akhirnya saya memulai dagang dari hal-hal kecil, yang umum dilakukan mahasiswa. Selama proses itu, kurang lebih bulan januari 2010 saya memikirkan bentuk bisnis yang lain, yaitu fotokopian. Sayang, sepertinya bisnis seperti itu agak mustahil dilakukan. Kala itu saya hanya berpikir bahwa untuk memulai bisnis seperti itu membutuhkan modal yang besar, modal yang besar hanya mampu saya dapatkan kalau saya sudah kerja, dan artinya saya harus menunda keinginan ini hingga saya tamat dan bekerja. sekitar tahun 2015 (5 tahun setelahnya). Jangan-jangan nanti ga semangat atau ga sempat lagi bisnis hal seperti itu.
Melalui berbagai proses, akhirnya saya dan teman seribu situasi alias si Rahman Setiawan "nekat" mencari modal membangun fotokopian. Saya sempat seperti orang aneh loh, bayangkan aja. Saya kira bisa bangun fotokopian dengan modal 3 juta. Ternyata ga bisa ya. hahaha.. (saya juga baru tahu). Banyak yang ga percaya, hingga akhirnya RF Fotokopi buka dan berlokasi di area dinas kesehatan provinsi sumsel setelah 2 tahun 2 bulan sejak ide buka fotokopian muncul (hemat umur 3 tahun). Banyak pengalaman senang dan sedih dalam mengumpulkan modalpun kami alami. Pernah kami kekurangan modal, dan masing-masing mendapat tugas untuk mencari tambahan modal tersebut. Saya yang kebingungan sempat menelfon keluarga yang segi ekonomisnya lebih baik dari keluarga saya, saya tahu mereka orang baik dan dengan menahan malu sayapun mencoba menyampaikan niat saya untuk meminjam uang. Jawabannya singkat: nanti dicek dulu dan dikabari lagi. Ternyata sampai sekarang pun tak pernah lagi ada pembahasan soal hal itu. Sayapun malu untuk menanyakannya. Alhasil saya cuma meminjam modal sama orangtua saja. Ini benar-benar meminjam kawan!! bukan ngomong "pinjam" terus ga mengembalikan karena menganggap uang orangtua juga. Sekarang, walaupun sempat ada pegawai yang bermasalah dan ganti pegawai, alhamdulillah fotokopian kami sudah berjalan 2 bulan dan menurut pendapat sebagian orang keuntungannya lebih dari cukup dengan standar kami yang hanya mahasiswa. Tapi bagi saya pribadi, masih kurang. hehe. Karena saya tahu, masih ada hal besar lain yang dapat saya lakukan. Dan saya tak perlu menunggu tua untuk melakukan hal besar tersebut.
Saya sangat bersyukur dibukakan pikiran oleh Allah SWT berpikir seperti itu, karena tak sedikit manusia dengan tipikal menunggu saat yang tepat "saja", menunggu mapan untuk melakukan kebaikan, menunggu kaya untuk memulai bisnis, pokoknya judulnya "MENUNGGU". Padahal banyak "saat yang tepat" datang pada kita dan kita tak menyadarinya. Akankah menunggu lagi membuat kita menyadarinya? jangan-jangan kita melewatkannya lagi. Hal ini lah yang saya coba tularkan kepada orang-orang sekitar saya. Kebetulan kami memiliki perkumpulan yang fokus menyeimbangkan prestasi, organisasi, dan akademis (intinya kaderisasi). Adik-adik asuh saya di GALAU ada 23 orang, mereka menjadi panitia inti untuk try out terbesar yang panitianya adalah mahasiswa. Bayangkan saja, mereka baru 8 bulan jadi mahasiswa dan disuruh menghandle try out dari BSMI (bulan sabut merah Indonesia) + GALAU dan hasilnya luar biasa. 1200 peserta ikut serta dalam kegiatan ini, padahal target awalnya 1000.
Dibanyak univ, mungkin kegiatan seperti ini hanya boleh dilakukan oleh mahasiswa semester 5 ke atas. Mengingat kegiatannya yang besar dan butuh pengalaman, kalau angkatan semester 2 mah masih bau kencur jadi kemungkinan sukses itu kecil. Karena itu, saya sangat bangga menjadi saksi hidup runtuhnya paradigma kolot seperti itu. Tujuan saya menyuruh mereka menjadi panitia simple, daripada mereka menjadi panitia kecil2an berkali-kali dalam setahun lalu akhirnya bosan. Cukuplah mereka menjadi panitia acara besar sekali dalam satu tahun. Tentu berbeda hasilnya. Disana mereka belajar optimisme, manajemen konflik, branding, menciptakan jejaring, team building, mengejar target.dll. Mereka balajar semua itu tanpa melalui teori yang kadang menjadi beban, tapi merekalah teori itu sendiri. Inilah bentuk sesungguhnya dari "belajar sambil bermain" yang kita pelajari sejak SD. Kalaupun nanti mereka mendapat pelatihan yang lebih teoritis tentang pelajaran itu, saya yakin mereka lebih mampu menyerap dibandingkan mahasiswa yang lain. Tentu mereka hemat waktu 3 semester (semester 5-semester 2). Kesimpulannya, insya'Allah tujuan saya tercapai. Malah 2 hari lalu ada yang bilang ma saya, "kak, ayo kita buat acara lagi". hehehhe.
Hal lucu lainnya, alih-alih menularkan paradigma baru pada adik-adik saya, saya malah jadi lebih optimis untuk melakukan semua hal se"muda" mungkin. Banyak target yang ingin saya capai dalam 4 tahun ke depan. Sekolah, beli mobil pakai uang sendiri, lolos paper untuk WCC, buat buku, penelitian, mengembangkan bisnis, dll. Kalau anda mau tertawa silakan. Banyak kok yang menertawakan target-target saya sebelumnya. Toh, sukses saat muda tetap saja lebih keren ketimbang suskses saat tua. Biarlah orang lain menertawakan diawal dan saya menangis, tapi akhirnya saya ikut tertawa juga. =D
2 komentar:
ternyata kita punya minat yg sama di bidang bisnis, sy juga memulai dari modal yg se-iprit utk memulai bisnis sendirian, dimulai dari sedini mungkin berbisnis, melihat peluang di sekitar, perlahan-lahan omzet akan ditingkatkan, tapi sy tdk punya minat dalam bidang tulis-menulis dan oleh raga.
Baguss banget kak...
dan saya jadi teringat kata2 dosen saya saat di tengah-tengah kuliah..
"apapun profesi dan karya kalian nanti,usahakan dan kebangkan bisnis kalian"
dan Terbukti! Walau saya termasuk Mahasiswi yg baru di kampus,tapi saya liat dari kawan-kawan Mahasiswa lain yg 'nyambi' bisnis..
Sukses selalu,kak!
:)
Posting Komentar