Kastrat- Dari Diri Sejak Dini
kastrat itu ibarat angin segar yg menggugurkan daun daun tua, bukan karna membencinya, tapi karena itulah saatnya gugur...demi mengusung momentum daun muda untuk tumbuh...agar tujuan yg lebih penting, mempertahankan kehidupan si pohon, dapat terlaksana- Franz Sinatra Yoga.
Antara Hipotesis Gaia, Al-Qur'an, dan Inversi Suhu
Apakah yang dimaksud dengan Hipotesis Gaia? Dinamai menurut Dewi Bumi bangsa Yunani kuno, teori ini menggambarkan planet kita sebagai sebuah sistem yang hidup, bernafas dan sebagai satu kesatuan yang memiliki aturan sendiri..
Kamis, 27 Desember 2012
SINGKIRKAN SPEKTRUM SEMPIT KEPEMIMPINAN
06.28
FRANZ SINATRA YOGA
1 comment
Oleh :
Franz Sinatra Yoga*
Hampir satu
bulan yang lalu saya menerima sms dari sejawat saya di Aceh, Supri, yang juga
menjabat sebagai pemimpin BEM di kampusnya berada. Isinya cukup lugas, mengajak
saya berbagi tentang kepemimpinan. Pokok yang cukup menarik dan tidak ada
habisnya untuk dibicarakan.
Kepemimpinan
sendiri memiliki banyak gradasi. Dari tingkat unit pelaksana hingga tingkatan
sistem. Sebelum kita membahas ini lebih jauh, saya ingin anda menyebutkan salah
satu pemimpin di lingkungan tempat anda tinggal? (jawablah terlebih dahulu
sebelum melanjutkan membaca). Sebagian besar yang saya tanya menjawab seseorang
yang memimpin organisasi, sebuah departemen, dan sebagainya. Hampir semua
jawaban tekait dengan sebuah posisi formal yang terstruktur. Hal ini merupakan
kepemimpinan yang kita sebut “posisi”. Dan tidak sedikit dari yang menjawab
tadi mengidolakan posisi pemimpin yang disebutnya.
Tentu tak
bisa kita pungkiri peran pemimpin sangat penting dalam dinamika kampus. Karena
itulah muncul pelatihan-pelatihan kepemimpinan. Sebut saja di institusi
teman-teman fakultas kedokteran, kita kenal LKMM lokal. Di tingkat wilayah ada
LKMM wilayah dan di Nasional ada LKMM Nasional. Tentu banyak istilah-istilah
lain untuk pelatihan sejenis. Pelatihan tersebut merupakan salah satu cara
formal dalam membangun jiwa-jiwa pemimpin di generasi penerus. Tapi, jangan
dijadikan kambing hitam untuk mencetak pemimpin. LKMM itu hanya event ataupun momentum, yang harus
dimanfaatkan dengan baik, akan tetapi tentu membutuhkan usaha tambahan yang
lebih keras, baik pendampingan, diskusi rutin, fasilitasi, dan lainnya.
Dalam praktiknya, John Maxwell
menyebut ada lima tingkat Kepemimpinan, antara lain: Tingkat pertama bernama
Posisi. Orang mengikuti sang pemimpin tak lain karena posisi pemimpin
tersebut dalam struktur organisasi. Anggota bertindak karena harus melakukan
tindakan tersebut. Alhasil pengaruh sang pemimpin tidak akan melampaui
batasan-batasan deskripsi pekerjaan.
Tingkat kedua disebut Hubungan. Orang mengikuti sang pemimpin lantaran
mereka ingin melakukan tindakan itu. Tindakan anggota sudah tidak terbatas pada
deskripsi pekerjaan semata. Anggota mengerjakan sesuatu dari pemimpin karena
merasa senang dan nyaman. Hanya saja jika ini terjadi terus menerus anggota
dengan motivasi dan kreativitas tinggi akan menjadi gelisah dan berujung pada
kekecewaan.
Tingkat ketiga dinamakan Hasil. Orang mengikuti sang pemimpin karena
apa yang telah dilakukan pemimpin untuk organisasi tersebut. Hasil karya
pemimpin diapresiasi anak buah. Mereka menyukai pemimpin dan apa saja yang
sedang dikerjakan pemimpin. Tingkat tiga ini memberi landasan kokoh bagi sang
pemimpin untuk meraih hasil optimal pada apa yang telah direncanakan.
Tingkat keempat, Pengembangan Anggota. Intinya anggota mengikuti sang
pemimpin lantaran apa yang telah pemimpin lakukan untuk mereka. Komitmen
pemimpin untuk memberi ruang bagi anggota mengembangkan bakat akan berdampak
pada keberhasilan organisasi dalam jangka panjang. Anggota didesain untuk
menjadi pemimpin baru yang kelak akan mengganti sang pemimpin.
Tingkat paling tinggi, kelima dinamakan
Respek. Anggota mengikuti
sang pemimpin karena siapa diri sang pemimpin dan apa yang pemimpin
representasikan. Tingkat ini terjadi karena komitmen tanpa jeda yang dilakukan
sang pemimpin untuk mengembangkan anggota dan organisasinya. Tingkatan kelima
ini bisa disebut sebagai pemimpin inspirational, dimana para pengikut atau anak
buah merasa terinspirasi dari sosok sang idola atau pemimpinya, model pemimpin inspirational akan berdaya tahan lama.
Seperti
pertanyaan awal saya tadi. sebutkan salah satu pemimpin di lingkungan tempat
anda tinggal? Tingkat kepemimpinan
pertama bernama Posisi adalah makna
tersurat yang menjadi sebagian besar jawaban. Memang seperti itulah sebagian
pemikiran mahasiswa tentang “pemimpin”. Jawaban tersebut terbilang wajar
terlontar karena dalam kehidupan
akademis kita lebih condong terpapar dengan kepemimpinan formal. Hal ini tentu
ada baik dan buruknya.
Hal terburuk
yang sering terjadi dan paling tidak saya sukai adalah bahwa hal ini menguatkan
paradigma seseorang bahwa dirinya bukanlah seorang pemimpin. Yang mereka tahu
pemimpin itu adalah ketua atau presiden direktur, lantas bagaimana
dengan CEO,
Manager, Owner, bahkan kita.
Ingatlah, kita adalah pemimpin, minimal bagi diri kita sendiri. Sehingga seringkali rasa tanggung
jawab hanya milik menjadi pemimpin formal. Padahal pemimpin
bukanlah suatu yang ditentukan oleh sebuah posisi formal. Hal ini Menunjukkan bahwa masih terdapat
spekturm sempit tentang kepemimpinan bagi kebanyakan mahasiswa, apalagi
masyarakat. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama menrekonstruksi
pandangan kita tentang pemimpin, sehingga tidak terjebak didalam spectrum yang
sempit.
Untuk mencapai tingkatan yang lebih
tinggi dari posisi dimana anda berdiri tentu tidaklah mudah, Ki Hajar Dewantoro
memiliki jurus yang menurut saya pribadi luar biasa. “ING NGARSO
SUNG TULODO, ING MADYO MANGUN KARSO, TUT WURI HANDAYANI” (Jika berada didepan memberi
teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Hal ini
dapat anda lakukan bila anda memiliki posisi strategis. Mari definisikan posisi
strategis yang saya maksud, posisi strategis bukanlah di posisi tertinggi,
melainkan posisi yang mampu untuk menjangkau semua arah. Bila anda bayangkan
segitiga sama sisi, posisi strategis adalah di tengah, dimana jara ke tiga
sudut adalah sama. Sama pula halnya dengan lingkaran, posisi strategis adalah
ditengah dan mampu menjangkau semua sisi dengan jarak yang sama. Istilah ini
dalam hitungan matematika kita kenal dengan titik berat. Pemimpin yang baik
harus mampu menempatkan posisinya secara cepat menyesuaikan dengan keadaan,
dengan posisinya yang berada ditengah pemimpin dapat dengan mudah menggapai
semua anggotanya dengan jarak dan akses yang sama, mampu pula untuk dicapai
oleh anggotanya, tidak menimbulkan keadaan yang berat sebelah antar anggota,
dengan posisi demikian maka kesinergisan akan terbentuk dengan sendirinya
bahkan tanpa disadari.
Demi
memebentuk jiwa kepemimpinan ideal bagi diri kita, tidak akan bisa dilakukan
hanya dengan pelatihan. Sesungguhnya pemimpin yang baik itu bukan yang mampu
berteori. Tetapi seseorang yang mampu memadukan teori dan praktik lapangan lalu
mengemasnya dengan seni kepemimpinan sehingga semua kondisi tercipta untuk
mengikuti perhitungannya. Untuk hal ini, kita semua termasuk saya, harus
senantiasa berlatih. Mencoba adalah keharusan bagi kita sebagai mahasiswa,
bukan keberhasilan yang menjadi keharusan bagi kita. Keberhasilan hanyalah
dampak dari usaha kita dalam mencoba. Lakukan langkah pertama anda dengan
menyingkirkan pemikiran spectrum sempit kepemimpinan, baru dilanjutkan dengan
berbagai usaha dari yang kecil hingga yang besar. Sebagai contoh menjadi anggota
yang baik adalah bentuk upaya menjadi pemimpin yang baik dikemudian hari.
“Pekerjaanmu akan menjadi bagian penting dari kehidupanmu.
Satu-satunya cara untuk mencapai kepuasan adalah dengan percaya bahwa apa yang
kamu kerjakan adalah pekerjaan yang hebat. Cintai apa yang kamu kerjakan. Jika
kamu belum menemukannya, tetaplah cari. Jangan berhenti”. (Steve Jobs, CEO Apple, Stanford commencement speech, 2005). Carilah
gaya kepemimpinan yang sesuai bagi anda, jangan mudah percaya dengan omongan
orang lain selain anda dapat memastikan hal itu benar. Carilah posisi
kepemimpinan yang sesuai bagi anda. Kalau belum ketemu, teruslah mencari!!.Kalau
sekarang anda memiliki amanah formal sebagai seorang pemimpin, cintailah hal
itu dan berikan yang terbaik yang anda punya. Begitu pula bagi yang tidak di
posisi formal. Bahkan bagi anda yang saat ini hanya dalam proses memimpin diri
sendiri, semoga tulisan ini jadi pecutan bagi jiwa anda untuk menjadi pemimpin super
bagi diri sendiri dan setelahnya mampu memimpin orang lain dalam kebaikan. Setelah
ini, berkacalah dan lihatlah pemimpin dalam diri anda setiap pagi.
* 24 Desember 2012
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Angkatan 2008
FB : franz Sinatra yoga , Twitter : @Franz_S_Yoga, Email :
franz.sinatra@yahoo.com