Minggu, 05 Februari 2012

DICARI: Solusi dari Mahasiswa dalam Mengatasi Masalah Rokok!!

“I’m more proud of quitting smoking than of anything else I’ve done in my life, including winning an Oscar.”
- Christine Lahti

Rokok masih memiliki daya tarik tersendiri bagi dunia... tak luput, menarik dunia kesehatan Indonesia. Menarik mereka untuk memutar otak bagaimana meratifikasi FCTC, bagaimana mengGOLkan RUU PDRTK, dan upaya-upaya baik lain yang banyak sekali ditentang berbagai kalangan.... bahkan ditentang oleh orang-orang yang ingin mereka selamatkan. Inilah kenyataan... Karena rokok sangat berkuasa di negara ini... 

sebagai mahasiswa yang agak aneh karena doyan membahas hal-hal seperti ini, saya akhirnya mencoba menggali bahan pembelajaran dari dua orang pakar kesehatan paru, yang juga saya kenal sebagai aktivis yang memperjuangkan penekanan efek buruk dari rokok. Berikut diskusi saya dengan kedua Guru yang saya sendiripun belum pernah bertatap muka secara langsung. (bagi yang membaca dan ingin share ide untuk mencari upaya-upaya solutif atas masalah rokok... monggo komen aja ya)

Assalamu'alaikum,,,Prof. Faisal Yunus dan Prof.Anwar Jusuf...sudahkah melihat video ini? saya bela-belain download walaupun sizenya besar prof.. dan ternyata setelah lihat, tantangan kita sangat besar... kita harus memperkuat gerakan juga. bagaimana Prof?

ayoo... pada tonton dulu videonya sebelum melanjutkan membaca:

Berikut diskusi yang terjadi:

  • Anwar Jusuf Franz, sudah saya lihat videonya. Buat saya bukan barang baru, memang amat berat yang harus kita kerjakan. Ini semua akibat ketidak mengertian rakyat dan pengambil keputusan tentang rokok. Karena itulah saya amat nyinyir tentang perlunya pengambil keputusan seharusnya berfihak kepada kesehatan. Tetapi para dokter/petugas kesehatan tak bisa bekerja sendiri. Harus bekerjasama dengan fihak nonkesehatan. Itu membutuhkan proses yang lama. mungkin pergantian generasi. Lagi2 saya nyinyir soal perlunya ISMKI mengajak teman2 mahasiswa ekonomi, budaya, pendidikan, pokoknya nonkedokteran utk membangun budaya tak merokok. Mulailah bergerak, Franz.

  • Franz Sinatra Yoga investasi terhadap generasi muda memang sangat butuh prof. Tapi waktu yang dibutuhkan juga cukup lama prof..IOMS kesehatan sudah menginisiasi prof, jadi ada lintas profesi kesehatan mulai bergerak.... smga langkah kami dikuatkan.

    Mengingat Undang-undang adalah regulasi strategis untuk rakyat yang pemahaman tentang rokoknya masih setengah2, menurut prof apakah bisa kita angkat kembali RUU pengendalian dampak rokok terhadap kesehatan?

    saya juga mau tanya prof, banyak sekali penolakan kendali terhadap rokok berasalan banyak rakyat/petani tembakau yang bergantung hidupnya disini, bagaimana menurut prof? pernahkan terpikirkan solusi akan hal ini? *mohon sharing pemikirannya prof... ^^

  • Anwar Jusuf Banyak pakar dan politisi yang dapat membantu kita. Masalah tenaga kerja, pajak dll memang bukan kita ahlinya. Karena itu memang butuh bantuan pakar2 lain, kita tak bisa sok mampu bekerja sendiri. Hubungi Ngabila Salama dan Ikhsan Johnson, mhs FKUI yang pernah meggelar temu muka dengan pakar tsb tahun ini di UI. Sekali lagi, jangan hanya profesi kesehatan. Pembuat kebijakan kebanyakan bukan dokter. Mereka bicaranya cuma duit.

  • Franz Sinatra Yoga setuju prof... bisa saya minta rekomendasi dari Prof tentang pakar dan utamanya politisi yg siap bantu?
    iya prof, ikhsan memang jadi perwakilan IMSKI yg fokus ke pengawalan isu rokok... sejujurnya, saya masih kesulitan untuk menyatukan dengan mahasiswa lintas fakultas. saya masih berusaha ini prof... hehehe

  • Faisal Yunus Saya sudah melihat video yang dikrimkan, memang suatu hal yang mengenaskan karena negara ita dijadikan ladang peruahaan asing untuk meracuni penduduk dan menikmati keuntungan tanpa mereka merasa bersalah. Ada beberapa faktor penyebab hal itu, pertama ketidak pedulian pemerintah tentang hal ini, bohong besar kalau mereka tidak tahu bahaya rokok, karena di negara maju hal ini sudah dibuktikan dan dilakukan pengendaliannya, tidak sah jauh-jauh lihat Singapura telah melakukan hal itu. Tidak yakin saya baik SBY, para menteri dan petinggi lainnya tidak tahu hal in. Tapi yang mereka lihat adalah keuntungan uang cukai rokk dan investasi pabrik rokok. 

    Kenapa ini bisa tejadi? Karena di Indonesia, pemeintah tidak embeikan iaya pengobatan untk rakyatnya, tidak speti di egara maju. Jadi kalau rakyat sakit, mereka engeluarkan iaya sendiri untk engobatannya bukan ditanggung oleh pemerintah. Jadi pemeintah berkatata " Gue dapat untung dari investasi pabrik rokok, dari cukai riokok, makin banyak yang eli rokok gue makin untung. Nah rakyat banyak, kalau kalian pada sakit, silahkan berobat dengan uang sendiri, bukan uang gue, emang gue pikirin?"

    Di egara maju, kalau rakyat sakit dibiayai oleh pemerinah, nah sakit akibat rokok biayanya besar bangat karena sakitnya berat dan lama serta obatnya mahal yaitu kaner paru an PPOK. Jadi mereka sudah berhitng, dibandingkan euntungan dari cukai rokok dan pajak pabrik ternyata biaya yang dihabiskan untuk mengobati penyakit akibat rokok yaitu kanker dan PPOK jauh lebih besar, maka tekor jadinya. Oleh sebab itu mereka mai-matian kampanye anti roko karna sudah tahu embiarkan rokok dihisap masyarakat lebih besar ruginya dari untungnya.

  • Faisal Yunus Sekarang apa yang bisa kita lakukan, 
    1. Memberi edukasi pada masyarakat, terutama anak sekolah, guru dan pemuka masyarakat. 
    2. Memaksa dalam tanda petik pemeintah dan anggota DPR mengesahkan undang-undang rokok adalah bahan adiktif. 
    3. Memaksa pemeintah memberlakukan beberapa peraturan yaitu, (A) Memasang gambar pada bungkus rokok (gambar kanker paru dsb). (B) Melarang iklan rokok dalam bentuk apapun. (C) Menaikkan ukai rokok 300% dari yang berlaku sekarang. (D) Melarang rokok di jual pada anak di bawah usia 18 tahun.

    Bagaimana caranya?
    1. Secara tetap dan erkesinambungan mengadakan ceramah dan pendidikan untuk awam, terutama di sekolah
    2. Menulis di koran, media massa, radio dan TV
    3. Menggalang erja sama dengan smua akademisi, LSM dan masyarakat peduli bahaya roko untuk berkampanye dan advokasi bahaya rokok pada pengambil kebijakan
    4. Mengajar masyarakat anti roko dan takut bahaya rokok untuk berani bilang "Jangan merokok di sini kepada perokok" di semua tempat, di endaraan umum, di fasilitas umum dan di mana saja
    Untuk itu kita harus terus berjuang bersama-sama!!



  • Franz Sinatra Yoga Prof. Faisal, masukan yg luar biasa Prof. Hal ini dpt jd masukan juga bagi stakeholders SJSN. SJSN bisa tekor misalkan pengendalian rokok ndak maksimal. Begitukah prof?

    Kalau dari PDPI sendiri, dlm satu tahun ke depan apa yg dilakukan prof?
    *trims sblmnya atas sharing dr prof.

  • Faisal Yunus Langkah PDPI yaitu advokasi pada pemerintah terutama Menkes untuk meningkatkan usaha agar undang-undang rokok bahan adiktif dan pemasangan gambar pada bungkus rokok bisa terlaksana. Kedua menggalakkan penelitian elihat dampak rokok dan prevalens perokok pada remaja dan anak sekolah, untuk dipakai meyakinkan pengambil kebijakan seberapa besar dampak rokok pada masyarakat.



    Anwar Jusuf
    Nasib petani tembakau, buruh pabrik rokok dan tenaga kerja lain yang terkait dengan industri dan perdagangan tembakau memang selalu dijadikan kilah untuk mempertahankan eksistensi produk yang satu ini. Ironisnya, isyu ini dinyanyikan dengan baik dalam paduan suara antara penjabat, pengusaha dan tenaga kerja yang tak mau faham dan peduli kepada kesehatan. Buat mereka, sakit adalah "urusan nanti" dan bukan concern mereka. Dokter, dokter gigi, mahasiswa kedokteran/kedokteran gigi, perawat, mahasiswa keperawatan, baik sebagai individu mau pun melalui organisasi (IDI, PDGI, ISMKI dll, mohon maaf kepada yang belum tersebut) memang tak akan mampu mencari solusi utk hal2 yang diisyukan itu. Yang seharusnya mencari solusi utk masalah pertanian, ya mustinya pakar pertanian. Yang seharusnya mencari solusi utk masalah tenaga kerja ya mustinya pakar ketenagakerjaan. Yang seharusnya mencari solusi utk masalah perdagangan ya mustinya pakar perdagangan. Begitu juga masalah budaya, pendidikan, olah raga dll harusnya adalah pakar di bidangnya. Tetapi yang mau mencari solusi ialah orang/kelompok yang mengerti dan peduli akan hubungannya dengan kesehatan yang menjadi korban rokok/tembakau. Harus ada pengusaha yang mengerti dan peduli, harus ada guru2 yang mengerti dan peduli, harus ada seniman yang mengerti dan peduli, harus ada menteri yang mengerti dan peduli, pengacara yang mengerti dan peduli kepada kesehatan, bukan hanya uang. Harus ada mahasiswa yang mengerti dan peduli akan masalah ini. Bukan hanya mahasiswa kedokteran, tapi juga mahasiswa kedokteran gigi, keperawatan, ekonomi, hukum, pertanian, pendidikan, ilmu politik dan sosial, psikologi, komunikasi, jurnalistik, senirupa, grafik dan animasi, hubungan masyarakat, hubungan internasional, ilmu ketatanegaraan dan ilmu pemerintahan dst, dsb. ISMKI harus jadi "whistle blower", penganjur, pemersatu, pemimpin dalam perubahan di bidang ini. ISMKI harus mampu membuat semua fihak faham, peduli dan prihatin akan akibat buruk tembakau kepada kesehatan dan memberi inspirasi kepada semua fihak agar memikirkan, mencari dan menciptakan solusi di bidang masing2 terkait isyu keshatan yang dipengaruhinya. ISMKI tidak dapat bekerja sendiri. Kalau hanya mengurusi isyu kesehatan saja, maka ISMKI hanya akan jadi organisasi yang nyinyir, isinya mahasiswa yang nyinyir, paling-paling menghasilkan doktet yang nyinyir, ... seperti saya.

    Sekarang, apakah peran kamu sebagai mahasiswa kedokteran dalam mencegah dampak buruk yang ditimbulkan rokok????
    Apa? jangan salahkan siapa-siapa dulu, jangan berkilah dulu dengan membawa-bawa bagaimana dengan nasib petani tembakau

    Bukankah kita mahasiswa dituntut kreatif 
    dalam memecahkan permasalahan??
    kalau iya... mari buktikan. Saran-saran dari kedua Professor diatas dapat kita jadikan bahan acuan. Talk Less, DO MORE!!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code