Jumat, 22 April 2011

maksimalisasi gerakan kastrat. agar angin sejuk perubahan dapat dingenggam.

Sebuah visi yang kita miliki jangan dijadikan visi yang harus dimiliki orang lain, tetapi jadikan visi yang kita miliki sebagai growth factor bagi visi visi kecil berkualitas yang dimiliki sejawat kita. Karena menjadikan sesuatu yang sama persis dengan kita hanya akan menciptakan suatu penokohan, berbeda bila kita menjadikan visi kita sebagai pemicu dan pupuk bagi visi-visi orang lain yang original. Disinilah usaha membuat sebuah sistem berjalan. Karena penokohan akan menghancurkan semua hal sesaat ketika sang tokoh terpuruk dalam suatu masalah, akan tetapi ketika sistem menghadapi masalah maka semua tetap berusaha untuk saling membantu, saling melengkapi, dan tetap berusaha sesuai dengan tugas yang diamanahkan. Kemungkinan terpuruk selalu ada, akan tetapi sistem yang akan memperbaiki dirinya sendiri.

Saat ini, menurut kacamata penulis, gerakan kastrat mahasiswa kedokteran Indonesia masih mengalami berbagai macam kendala. Setiap zaman mempunyai berbagai corak politik dan kekuasaan. Sehingga gerakan kastrat dari mahasiswa kedokteran hendaknya responsif dan melakukan adaptasi terhadap segala strategi yang dimainkan oleh target gerakan. Hal ini jelas menentukan manuver yang akan kita lakukan. Kendala terberat dari gerakan kita saat ini adalah sistem gerakan.

Persamaan persepsi akan fungsi kastrat salah satu hal terpenting dalam inisiasi gerakan. Kejelasan konsep dari gerakan kastrat adalah gerakan yang memprioritaskan kesejehtareaan rakyat, bukan mahasiswa, lalu dimanakah mahasiswa berada?? Mahasiswa adalah aktor gerakan ini. Dan dalam hal ini untuk memperjuangkan kesejahteraan rakyat bukanlah sebuah perkara mudah. Kita terkadang terlalu terbuai dengan rangkaian instrumen diagnostik dan rencana tatalaksana akan tetapi tak jarang hasilnya sangat jauh dari kata memuaskan. Mengapa bisa seperti itu?? Tidak lain karena saat ini kita menghadapi sebuah sistem. Dan saking bingungnya kita menghadapi hal ini, kerapkali memperlama perdebatan kita dalam diagnosis dan mengacaukan keyakinan kita dalam treatment. Tidak heran banyak yang bertanya, apa sih yang bisa mahasiswa kedokteran perbuat ketika berhadapan dengan stakeholder??dapatkah mahasiswa kedokteran yang selalu bangga akan agent of change dapat merubah kebijakan menjadi lebih berpihak pada rakyat?? Dan berbagai pertanyaan lain yang meragukan gerakan kita semakin bermunculan.
 
Sesuatu yang diorganisir dengan sistem yang baik akan menang, walaupun kebaikan lah lawannya. Oleh karenanya, kebaikan pun bukan hanya diperjuangkan dengan modal keberanian semata, tetapi dengan sistem yang canggih pula. Mengingat realita bahwa target advokasi kita saat ini-yang kita fokuskan beberapa tahun belakangan hanya di tingkat nasional- secara nyata berada di berbagai level pemerintahan dengan latar belakang politik dan kultur yang berbeda beda.

Para pemuda tidak harus menunggu momentum muncul terlebih dahulu untuk bergerak, mahasiswa harus tetap dinamis dalam situasi seperti apa pun. Mahasiswa juga harus kreatif mencari pola-pola baru gerakan. Bahkan, jika perlu, mahasiswa harus mampu menciptakan momentum, bukannya menunggu momentum, untuk bergerak. Karena, seperti yang dijelaskan Adi Suryadi tadi, gerakan mahasiswa tidak melulu harus dipahami sebagai gerakan mahasiswa dalam jumlah yang besar. Kesadaran peran masing-masing pelaku gerakan kastrat di berbagai ranah (nasional-wilayah-institusi/provinsi) memegang peranan penting untuk mencapai tujuan. Sinergisitas gerakan harus terjadi dan tidak tersentralisasi di nasional, tetapi disesuaikan dengan ranah kita berdiri dengan tidak mengenyampingkan koordinasi dan penyatuan gerakan. Nasional bergerak di level yang seharusnya, terutama dengan stakeholder di tingkat pusat, dll. Wilayah bergerak di tingkat wilayah, dan yang paling berpotensial membawa perubahan adalah gerakan institusi yang melakukan gerakan advokasi di tingkat daerah/provinsi. Apabila gerakan ini sinergis dan berhasil, bila dihimpun menjadi suatu gerakan yang lebih nyata di tatanan yang lebih tinggi, maka angin sejuk perubahan tentu dapat kita rasakan.

Sekarang, mari sejenak kita lihat.. tentu hal diatas dapat dilakukan apabila semua mahasiswa kedokteran mengenal sesuatu yang kita sebut “fungsi kastrat”.

Saat ini,apakah departemen kastrat dan fungsi kastrat sudah dimiliki semua BEM fakultas kedokteran Indonesia??

Apabila sudah memiliki kastrat, apakah fungsi kastrat yang dijalankannya sesuai??

Detik ini, gerakan kastrat yang dilakukan ISMKI beriringan dengan pembangunan sistem yang lebih baik. Tentu ini memerlukan visi visi kecil berkualitas yang kalian miliki kawan-kawan. Visi visi original yang muncul karena gerakan yang tumbuh dari hati nurani kalian. Kita dibutuhkan, jangan terus berpikir kita membutuhkan. Cukupkan memikirkan diri sendiri saja. Usaha pembangunan gerakan dan sistem ini harus terus berlanjut, hari ini, esok, dan seterusnya. Melalui berbagai macam cara transfer, seperti sekolah kastrat, diskusi organisasi, dan sebagainya. Jangan pernah berhenti melakukan transfer ilmu seperti ini, karena kebodohan juga musuh yang merusak sistem. Terus gerakan lidahmu sebagai reartikulasi kebutuhan rakyat. Hidup mahasiswa!!!

 (bakti sosial, plaju 16 April 2011. berfoto bersama para dokter)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code