Sabtu, 26 Maret 2011

Jangan beranggapan anda adalah "Mahasiswa" tanpa memenuhi konsekuensinya!!

Mahasiswa, begitulah bangsa ini menyebutnya. Sebuah gelar keagungan bersemayam di dalamnya, “maha”. Kenapa bangsa ini menyebutnya “maha”??. 12 tahun sebelum mendapatkan gelar ini, kita hanya dipanggil siswa atau siswi. Disinilah yang harus kita cermati sebagai mahasiswa, sekrusial apakah yang membedakan siswa/i dengan mahasiswa. 

Dalam peraturan pemerintah no.30 tahun 1990 dijelaskan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu. Mereka adalah orang-orang yang secara resmi menimba ilmu di universitas, institut, maupun sekolah tinggi.

Persamaan yang mendasar antara mahasiswa dan siswa adalah seorang yang menjadi peserta didik. Perbedaan yang paling mendasar dari mahasiswa dan siswa adalah aspek konsekuensi identitas dari kata “maha”. Setidaknya ada aspek konsekuensi yang harus dimiliki, karena kehidupan kampus merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Ada 3 aspek konsekuensi yang setidaknya harus dimiliki setiap pemegang gelar “maha”siswa:

  • Aspek akademis 
"Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya dipelajari dalam rangka mengharapkan wajah Allah, namun ternyata mempelajarinya karena ingin beroleh materi dari dunia ini, ia tidak akan mencium wangi surga pada hari kiamat." (HR. Abu Dawud, Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Abi Dawud.)
Aspek yang sama dan paling utama dimiliki mahasiswa ataupun siswa adalah sebagai pencari ilmu-belajar. Mahasiswa sebagai civitas akademika harus memiliki keunggulan intelektual. Terutama mahasiswa kedokteran, yang tindakannya harus berlandaskan “critical thinking and clinical reasoning”. bagaimana mungkin mahasiswa kedokteran yang tidak memiliki ilmu yang benar dapat menjadi perantara Allah SWT dalam menyembuhkan pasien. Sungguh tidak mungkin pasien sembuh karenanya!
  • Aspek organisasional 
Survey NACE USA mengenai kulitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja mengungkapkan bahwa Indeks Prestasi atau IP atau GPA berada dalam urutan ke-17. Urutan teratas adalah kemampuan berkomunikasi, disusul dengan kejujuran, kemampuan kerja sama, interpersonal, etos kerja, motivasi, adaptasi, dan seterusnya.
Tidak semua hal dapat dipelajari di kelas dan laboratorium. Pernah mendengar soft skill? Soft skill adalah kemampuan yang tidak terlihat, diluar dari kemampuan kognitif kita, lebih mengarah ke arah kepribadian, sikap, habitus, dll. 16 urutan teratas kriteria kualitas lulusan perguruan tinggi yang diharapkan dunia kerja termasuk dalam soft skill. Organisasi dengan segala kompleksisitas merupakan laboratorium gratis dalam di  usaha try and error, pengembangan diri dalam berbagai aspek, dan juga menjadi wadah yang tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di kelas kuliah.
  • Aspek Sosial Politik
Mahasiswa merupakan bagian dari rakyat, bahkan ia merupakan rakyat itu sendiri. Mahasiswa tidak boleh menjadi entitas teralienasi di tengah masyarakatnya sendiri. Mahasiswa di tuntut untuk melihat, mengetahui, menyadari, dan merasakan kondisi riil masyarakatnya yang hari ini sedang dirundung krisis multidimensional. Tidak berhenti sampai disana saja, mahasiswapun dituntut memberikan solusi yang aplikatif sehingga tidak menjadi sebuah aksi kognitif an sich. Salah satu wujudnya adalah advokasi, walaupun kerap bersinggungan dengan ketidakadilan dan otoriterianisme kekuasaan. Disinilah tantangan bagi jiwa yang berteriak dirinya “maha”siswa.

Kehidupan nyata setelah mahasiswapun jauh lebih keras dari ini. Diri anda saat ini adalah cerminan diri anda dikemudian hari. Seseorang belum layak disebut mahasiswa tanpa memenuhi konsekuensi-konsekuensi identitas mahasiswa dalam ketiga aspeknya. Begitulah beratnya menjadi mahasiswa. Karena kita adalah Iron Stock, cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Semua itu akan menjemput kita, beruntunglah bila kita mempersiapkannya-dan celakalah bila kita masih terlena dengan zona nyaman seorang siswa yang ikut terbawa hingga mahasiswa.

-franz-

(Baksos Pagaralam, mencoba memenuhi konsekuensi sosial dan organisasi)

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by phii | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Hostgator Coupon Code