kastrat itu ibarat angin segar yg menggugurkan daun daun tua, bukan karna membencinya, tapi karena itulah saatnya gugur...demi mengusung momentum daun muda untuk tumbuh...agar tujuan yg lebih penting, mempertahankan kehidupan si pohon, dapat terlaksana
- Franz Sinatra Yoga
Konon sejak jaman dahulu peran dan fungsi kastrat sudah dilakukan manusia.
Kita sering dengar bahwa pemerintahan atau raja yang berkuasa dengan cara yang tidak adil serta tidak mengutamakan kepentingan rakyat akan mendapat kritik dan penentangan dari masyarakat yang biasanya disalurkan lewat berbagai organisasi. Salah satu yang masih hangat dalam ingatan kita adalah usaha menurunkan Mubarak dari kekuasaannya, tanpa disadari semua orang yang terlibat dalam usaha dan pemikiran berupa sikap peka dan peduli yang diwujudkan dalam sebuah bentuk kritik, penentangan serta usaha-usaha lain yang dapat mengubah sebuah harapan untuk lebih baik itu menjadi nyata, semua itu adalah sebuah tindakan kastrat.
Sejarah juga membuktikan bahwa peran kastratlah yang natinya cukup memberikan kontribusi yang besar terhadap sebuah perubahan atau revolusi sebuah Negara. Hal itu salah satunya bentuk tindakan kastrat. Sejarah di Indonesiapun tidak lepas dari peran dan fungsi kastrat, masih ingatkah kita tentang perjuangan bangsa Indonesia dalam menumpas gerakan PKI, dan gerakan pasca penumpasan itu, setelah gerakan PKI berhasil ditumpas, Presiden Soekarno belum bertindak tegas terhadap G 30 S/PKI. Hal ini menimbulkan ketidaksabaran di kalangan mahasiswa dan masyarakat.
Pada tanggal 26 Oktober 1965 berbagai kesatuan aksi seperti KAMI, KAPI, KAGI, KASI, dan lainnya mengadakan demonsrasi. Mereka membulatkan barisan dalam Front Pancasila. Dalam kondisi ekonomi yang parah, para demonstran menyuarakan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada tanggal 10 Januari 1966 para demonstran mendatangi DPR-GR dan mengajukan Tritura yang isinya:
1. pembubaran PKI,
2. pembubaran kabinet dari unsur-unsur G 30 S/PKI, dan
3. penurunan harga.
Menghadapi aksi mahasiswa, Presiden Soekarno menyerukan pembentukan Barisan Soekarno kepada para pendukungnya. Pada tanggal 23 Februari 1966 kembali terjadi demonstrasi. Dalam demonsrasi tersebut, gugur seorang mahasiswa yang bernama Arif Rahman Hakim. Oleh para demonstran Arif dijadikan Pahlawan Ampera. Singkat cerita karena kondisi Negara yang tidak stabil saat itu akhirnya lahirlah Mandat yang dikenal sebagai Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar).
Keluarnya Supersemar dianggap sebagai tonggak lahirnya Orde Baru. Supersemar pada intinya berisi perintah kepada Letjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan kestabilan jalannya pemerintahan. Selain itu untuk menjamin keselamatan presiden. Sejak saat itu sosok soeharto lahir sebagai pahlawan hingga akhirnya beliau melakukan berbagai perbaikan serta pembangunan bagi bangsa Indonesia.
Walaupun akhirnya orde baru juga melakukan penyimpangan dan hegemoni produk produk jepang yang mengancam kemandirian ekonomi indonesia, sehingga mendorong mahasiswa untuk bergerak kembali. Pada malam pergantian tahun 1973 menuju 1974 dibacakanlah sebuah “Pidato Pernyataan Diri Mahasiswa”19 yang disampaikan Hariman (ketua Dewan Mahasiswa UI kala itu). Pidato yang disampaikan Hariman ini kelak dituding sebagai seruan untuk melakukan gerakan makar terhadap pemerintah. Apalagi, bagian akhir pidato ditujukan juga kepada masyarakat lain di luar mahasiswa. Kebetulan pula pada malam itu hadir tokoh serikat buruh dari Tanjung Priok, Salim Kadar, dan beberapa aktivis non-kampus lainnya. Peristiwa puncak kerusuhann dan demonstrasi mahasiswa terjadi pada tanggal 15 januari 1974 yang dikenal sebagai peristiwa MALARI. Yang mengakibatkan ditangkapnya ratusan mahasiswa dan beberapa intelektual. Diantara mahasiswa yang diadili adalah Hariman siregar.
Pemerintahan soeharto banyak menuai protes. Pemicu utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela, sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu meninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti akibat bentrok dengan aparat keamanan.
Empat mahasiswa tersebut adalah Elang Mulya Lesmana, Hery Hariyanto, Hendriawan, dan Hafidhin Royan. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada wakil presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi. Semua tindakan dan perjuangan itu juga merupakan bentuk dari tindakan kastrat.
Catatan sejarah diatas cukup menggambarkan bahwa betapa pentingnya peran dan fungsi kastrat dalam sebuah Negara. Selain itu, peristiwa diatas merupakan contoh gerakan kastrat yang dilakukan oleh mahasiswa kedokteran dan memiliki andil yang sangat besar dalam perubahan bangsa ini. Karena itu, jangan ciptakan penyesalan para pendahulu kita dengan mengisi masa yang kita hadapi ini dengan keegoisan dan tanpa memikirkan kepentingan rakyat indonesia terkhusus di bidang kesehatan. Suka atau tidak, kastrat selalu ada dalam setiap drama kehidupan kita sebagai mahasiswa. Mahasiswa kedokteran haruslah menjadi seseorang yang peduli dan berusaha memberikan solusi terhadap permasalahan yang diderita rakyat indonesia. Departemen kastrat ada untuk hal itu.
(Pensi pertama PDU08, dan ini tahun terakhir ikut pensi. semoga jadi yg terbaik ^^, aamiin)
0 komentar:
Posting Komentar