Kalimat di atas sangat pas untuk mengawali kisah ini. Ini kisah tentang Ayah seorang mahasiswa tingkat 4 di sebuah fakultas kedokteran. Kisah yang berbicara tentang Ayahku. Mungkin banyak diantara ayah-ayah lain yang memiliki kisah serupa dengan ini. Perlu diketahui, cerita ini bukan untuk cari sensasi atau sejenisnya, ini Saya tulis sebagai bentuk kekaguman kepada semua ayah yang berusaha mengarahkan hidup anaknya menjadi lebih baik. Terkhusus, Saya persembahkan untuk Ayah saya.
Ayah mana yang tidak senang anaknya kuliah. Terserah jurusan apapun kalian, sang ayah selalu bangga atas yang telah kita capai. Hal yang sama juga saya rasakan ketika saya menginjak (menduduki seharusnya) bangku kuliah. Apalagi sekarang, menghitung minggu menuju tanggal wisuda S-1 saya. Tapi, saya tak kalah bangga dengan ayah saya. Kenapa? karena Ayah saya dulu adalah seorang tukang jaga malam disebuah perusahaan perkebunan. ^^
Kisah ini pernah diceritakan Ayah saya dulu sekali, jauh sebelum saya nge
Blog, jadi tak pernah terpikir oleh saya untuk menulisnya dan akhirnya lupa. Beberapa hari yang lalu, Ayah bercerita dengan adiknya nenek (kakek ujang) tentang kisah ini lagi, *saya nguping pembicaraan sambil makan+ baca koran layaknya detektif. Kisah ini masih semenarik dulu.
Di keluarga ayah, mayoritas saudara Ayah adalah lelaki. Dengan jarak umur yang berdekatan, saat ayah kuliah, Abang dan Adik ayah juga kuliah. Artinya 3 orang kuliah di saat yang bersamaan. Sedangkan kakek dan nenek hanyalah petani. Dengan rumah ditengah sawah, tanpa penerangan, dan berlantai tanah. Sungguh sebuah prestasi menurut saya, alhasil rata-rata saudara/i Ayah adalah sarjana walau keadaan perekonomian demikian. Bayangkan sekarang, banyak saya temui keluarga dengan rumah yang sangat layak, lantai marmer, motor bahkan mobil punya, tetapi selalu bilang ga ada uang untuk membiayai anak kuliah. *geram mode: ON.
Dengan kondisi ekonomi yang ada, tentu sangat susah membiayai 3 orang anak kuliah sekaligus. Biaya kuliah, biaya hidup, biaya kos, dll semuanya di kali 3. Akhirnya, salah seorang saudara menawarkan sebuah pekerjaan pada Ayah. Intinya Ayah sebaiknya bekerja untuk meringankan beban kakek dan nenek di rumah, karena hasil tani tentu tidak seberapa. Saudara tersebut memang bekerja di kantor perkebunan, olehnya ayah mendapat pekerjaan sebagai tukang jaga malam. Karena jadwal kuliah ayah ga menentu kadang pagi kadang sore, malam adalah waktu yang pasti
free. *ga prestigious banget ya.. tapi bagi saya yg jadi anaknya, ini hebat banget... hhheehe
Dengan profesi hanya sebagai tukang jaga malam tentu ada saja pegawai yang mencemooh dan bertindak seenaknya terhadap ayah. Menariknya, tak satupun dari mereka, bahkan kepala dinas, yang mengetahui bahwa Ayah adalah seorang mahasiswa. Hanya saudara kami yang tahu. Ayahpun ketika ditanya pegawai-pegawai yang lain, (percakapan dah ditranslate dari bahasa aceh menjadi Indonesia)
P : "kalau malam kan jaga, kalau siang ngapain?",
Ayah: "Engga ada, di kosan saja, tidur, kalau ada kerjaan lain disuruh orang baru saya kerja"
Ketidaktahuan ini mungkin yang jadi penyebab sikap mereka yang seenaknya pada ayah. Tetapi Ayah tetap berjalan pada relnya, sebagai tukang jaga malam. Hal ini terus berlanjut hingga 3 tahun lebih.
Setelah bertahun lamanya, akhirnya Ayah lulus kuliah. Kalau dulu langsung diangkat jadi guru. SK Ayah sebagai guru kimia pun keluar dan Ayah ditempatkan di Bengkulu. Walaupun Ayah telah lulus dan jadi PNS (guru), Ayah selama 2 bulan setelah itu masih kerja sebagai tukang jaga malam (menunggu keberangkatan kalo ndak salah) tanpa satu orangpun yang tahu. hingga akhirnya Ayah tiba-tiba di panggil oleh kepala dinas ke ruangannya. (ada apa cerita penjaga malam dipanggil ke ruang kepala dinas). Sesampainya diruangan terjadilah percakapan seperti berikut:
KD: Yusrizal ya?
Ayah : Iya pak
KD: Kamu kerja disini sudah lebih dari 3 tahun kan?
Ayah: Iya pak
KD: jadi gini, kita mau menerbitkan SK PNS pengangkatan kamu. Nanti kamu sebagai staf disini, tapi setelah itu kamu harus kuliah lagi ya, ambil jurusan pertanian, biar kamu jadi insinyur pertanian nantinya.
Ayah: *galau *galau *galau (zaman dulu belum populer istilah galau kali ya), (mengingat SK Guru udah keluar tapi di bengkulu, dan SK Staf di banda aceh mau diterbitkan, tentu membuat ayah belum bisa memutuskan jawaban). Akhirnya ayah berkata, "saya minta waktu 3 hari untuk mikir-mikir boleh pak?
KD: ya, boleh boleh, silakan.
Dalam 3 hari, Ayah harus membuat keputusan, yeaaahhh!!! ayah langsung cabut pulang ke takengon menemui nenek dan kakek untuk meminta nasehat.
Ayah: Menjelaskan kronologis telah lulus dan diangkat menjadi guru di Bengkulu dan Niat kepala dinas mengangkatnya menjadi PNS. Termasuk tentang pangkat dan golongan, kalau guru diangkat 2C sedangkan staf dipakai ijazah SMA, artinya 2A.
Nenek: "Apa enggak capek nak? kamu kan sudah kuliah bertahun-tahun, capek, dan Ibu sudah irit membiayai kuliah kalian, gimana kalau ambil yang di bengkulu aja".
akhirnya Ayah pulang lagi ke banda untuk menemui bosnya.
KD: ya, jadi bagaimana, apakah sudah mikirnya yus?
Ayah: sudah pak, bapak tau kan saya penjaga malam disini?
KD: ya taulah, kamu kan sudah 3,5 tahun kerja disini
Ayah: iya pak, tapi mungkin ada yang bapak tidak ketahui tentang saya
KD: hah, apa memangnya yang saya tidak tahu?
Ayah: Iya pak, saya mohon maaf, jadi selama saya kerja disini saya juga kuliah pak.
KD: hah? kuliah dimana kamu?
Ayah: di Unsyah pak, sekarang saya sudah lulus dan diangkat jadi guru untuk ditempatkan di bengkulu. *sembari menunjukkan SK pengangkatan PNS guru. Jadi setelah saya bicara sama orangtua, saya memilih jadi guru pak.
KD: ambil jurusan apa kamu memangnya?
Ayah: kimia pak
KD: Jadi selama ini kamu membohongi kami ya. kapan ditanya kalau siang ngapain kamu bilang cuma dirumah tidur-tidur aja. Kenapa begitu?
Ayah: Iya pak. maaf kalau bapak merasa dibohongi. Saya malu pak. Sepertinya aneh kalau tukang jaga malam kuliah pak.
KD: Wah.. bagus kamu... bagus...diam-diam kamu kuliah, diam-diam walaupun jaga malam kamu tetap sukses. bagus-bagus. jadi begini saja, kamu berangkatlah ke bengkulu, dengan catatan dalam enam bulan kalau kamu tidak betah nanti disana, kamu balik ke sini lagi saja saya yang angkat kamu jadi PNS. Jadi nama kamu tidak akan saya coret di daftar ini selama 6 bulan ke depan. begitu ya...
Ayah: *yey* baik pak
Lalu ayah dirangkul sama kepala dinas dan diantar keluar ruangan dengan tangan masih merangkul pundak ayah. Sembari jalan, semua mata tentu tertuju sama ayah, ada apa gerangan TUKANG JAGA MALAM dirangkul sama kepala dinas sambil ditepuk-tepuk pundaknya. *yang sudah kerja beberapa tahun sebagai PNS / honorer saja mungkin belum pernah dibegitukan. Tiba-tiba kepala dinasnya berkata didepan staf yang lain: "Ini contoh sebenar-benanrnya orang, contoh dia ini, diam-diam dia ternyata sekarang sukses". *kepala dinas buat staf yang lain kepo dan keheranan.
sebulan-dua bulan sejak kejadian itu, Ayah masih menunggu keberangkatan dan tetap bekerja seperti biasa sebagai tukang jaga malam. Tapi ada yang berbeda, pegawai lain yang kerap mencemooh dan seenaknya sama Ayah tidak lagi bersikap seperti itu. Tukang jaga malam akhirnya berjaya.hehehe....
*ayah pernah bilang, "saking ga pengen dilihat orang sebagai tukang jaga malam, tiap hari ayah bangun jam 4 subuh dan langsung menyapu halaman perkantoran."
Sedangkan saya?????
Kalau di bandingkan dengan perjuangan ayah semasa kuliah, saya belum ada apa-apanya.. mau dibilang saya masuk fk, dibangga2kan orang, setelah sekian cerita darimu saya merasa masih belum ada apa-apanya dibandingkan ayah. maaf yah.. kalau franz masih menyusahkan, masih sering sms yang isinya memberatkan-meminta spp yang kadang pemberitahuannya mendadak, pergi kesana-kesini, uang kos yang mahal, dan biaya hidup yang tidak sedikit. Saya akan meniru jejak ayahanda suatu saat nanti. Tunggulah yah..!! Ayah tidak akan menyesal mendidikku hingga seperti ini. ^^
dan... saya bangga punya ayah sepertimu, Yusrizal, S.Pd- mantan tukang jaga malam yang hampir jadi Insinyur pertanian.hehhehe
Bagaimana dengan Ayah teman-teman?? ada yang mau share?? monggo...^^